WASHINGTON – Para pengamat berpendapat pilihan Donald Trump terhadap Senator Ohio J.D. Vance yang populis sebagai calon wakil presiden (cawapres) memberikan lebih banyak bukti tentang sikap keras AS terhadap China atau Tiongkok pada pemerintahan Trump nantinya jika terpilih.
Vance, yang tidak lama setelah pemilihannya pada Senin (15/7/2024) menyebut Tiongkok sebagai ancaman terbesar yang dihadapi Amerika Serikat, memiliki keyakinan yang sama dengan kandidat Partai Republik tersebut bahwa kebangkitan Tiongkok sebagai pabrik dunia menghancurkan sektor manufaktur Amerika.
Berbicara kepada Fox News pada Senin (15/7/2024), Vance, yang menentang pendanaan AS untuk pertahanan Ukraina melawan invasi Rusia, mengatakan Trump akan memprioritaskan negosiasi untuk mengakhiri krisis tersebut sehingga AS dapat fokus pada masalah nyata Tiongkok.
“Itu adalah ancaman terbesar bagi negara kami dan perhatian kami sepenuhnya teralihkan darinya,” kata Vance tentang Tiongkok.
Prospek meningkatnya ketegangan perdagangan di bawah pemerintahan Trump yang kedua telah memukul keras pasar Tiongkok dalam dua hari terakhir, dan beberapa analis menunjuk pada pemilihan Vance sebagai calon wakil presiden sebagai alasannya.
Komentarnya juga memicu tanggapan dari Beijing, yang umumnya berupaya menjauhkan diri dari retorika politik seputar kampanye kepresidenan AS.
“Kami selalu menentang AS yang menjadikan Tiongkok sebagai isu dalam pemilu,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian kepada wartawan di Beijing pada Selasa (16/7/2024).
Trump diketahui telah melancarkan perang dagang melawan Tiongkok saat menjabat di Gedung Putih, dan sebagai kandidat tahun ini, mantan presiden tersebut telah menyarankan agar ia mengenakan tarif sebesar 60 persen atau lebih tinggi pada semua barang Tiongkok.
Dalam sistem politik AS, wakil presiden biasanya memiliki pengaruh langsung yang terbatas terhadap kebijakan luar negeri. Vance, 39, telah mengakui peran dukungan yang akan dia mainkan terhadap Presiden Trump.
“Anda harus menjadi orang yang dapat dia percayai, yang dapat dia andalkan, untuk benar-benar memajukan agenda tersebut,” katanya tentang jabatan wakil presiden.
Setelah bertugas sebagai Marinir, bersekolah di Yale Law School dan bekerja sebagai pemodal ventura di San Francisco, Vance menjadi terkenal berkat bukunya yang diterbitkan pada tahun 2016, “Hillbilly Elegy,” di mana ia mengeksplorasi masalah di kampung halamannya dan berusaha menjelaskan popularitas Trump di kalangan masyarakat. orang kulit putih Amerika yang miskin.