JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi mengeluarkan analisis terkait gempa di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara dengan kekuatan M4,8 pada Jumat 19 Juli 2024, pukul 21:31:32 WIB.
Gempa tersebut memiliki update kekuatan M4,6 pada kedalaman 10 Km yang terletak di darat pada koordinat 127,79 BT dan 1,54 LU, berjarak sekitar 31,4 km barat daya Kota Tobelo.
PVMBG melaporkan, sekitar pusat gempa bumi pada umumnya berupa morfologi dataran dan perbukitan bergelombang hingga terjal. Menurut data, daerah tersebut dominan tersusun oleh tanah lunak dan tanah sedang, serta sebagian pada morfologi perbukitan tersusun oleh tanah keras.
“Data memperlihatkan bahwa daerah tersebut tersusun oleh endapan Kuarter berupa endapan aluvial sungai, rombakan, dan batuan rombakan gunungapi muda. Sebagian batuan batuan rombakan gunungapi muda tersebut telah mengalami pelapukan,” tulis PVMBG dalam keterangan resminya, Sabtu (20/7/2024).
Selain itu, PVMBG melaporkan bahwa di wilayah tersebut terdiri dari endapan kuarter dan batuan rombakan gunungapi muda yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
“Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi. Menurut data, terdapat sesar berarah relatif barat – timur di sekitar lokasi pusat gempa bumi,” tulis PVMBG.
PVMBG memastikan kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Lebih lanjut, PVMBG mengingatkan daerah Halmahera Utara dan pantai bagian timurnya tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
“Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi,” pungkasnya.
(Arief Setyadi )