AS Bersumpah Hancurkan Semua Landasan Peluncuran Nuklir Rusia dan China dalam Waktu 2 Jam

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 06 September 2024 09:58 WIB
Amerika Serikat dan sekutunya mampu menghancurkan semua lokasi peluncuran senjata nuklir Rusia dan China dalam hitungan jam jika diperlukan (Foto: AP)
Share :

NEW YORK - Menurut laporan terbaru, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mampu menghancurkan semua lokasi peluncuran senjata nuklir Rusia dan China dalam hitungan jam atau dalam waktu dua jam jika diperlukan. Namun hal ini tidak akan baik bagi dunia secara keseluruhan karena mengancam stabilitas dan dapat menyebabkan berbagai masalah,

Laporan berjudul ‘Masters of the Air: Strategic stability and convention strikes’ yang ditulis oleh Dan Plesch dan Manuel Galileo tersebut menyatakan bahwa keunggulan yang dimiliki AS dan sekutunya dalam hal persenjataan dan kemampuan serang dapat berkontribusi terhadap ketakutan di Rusia dan China. Hal itu juga dapat berkontribusi pada perlombaan senjata.

Studi tersebut berfokus pada potensi AS dan sekutunya untuk melakukan serangan pendahuluan non-nuklir terhadap musuh-musuhnya menggunakan kemampuan pertahanan rudal konvensional. Studi tersebut meneliti apakah AS dan sekutunya memiliki kapasitas untuk menghancurkan kekuatan nuklir strategis Rusia dan China dengan serangan pendahuluan non-nuklir.

Studi ini dilakukan setahun sebelum berakhirnya proses START AS-Rusia yang dijadwalkan akan terjadi pada tahun 2025. Studi ini menyerukan berbagai organisasi internasional untuk memahami keseriusan situasi dan membicarakan kemungkinan pelucutan senjata nuklir di kedua belah pihak.

Pengumuman terbaru AS untuk menempatkan rudal jarak jauh di Jerman pada tahun 2026 dibahas secara khusus dalam studi ini. Penempatan di Jerman selatan akan membawa beberapa lokasi peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Rusia dalam jangkauan.

Studi ini selanjutnya menyatakan bahwa penghancuran rudal bergerak dan tersembunyi yang sulit dijangkau juga dapat dilakukan oleh pesawat AS dengan bom dan rudal jarak pendek, serta rudal jelajah dan balistik. Rudal jelajah meliputi JASSM-ER dan -XR, Tomahawk, AMRAAM, SM-3 dan SM6, yang ditembakkan dari pesawat pengebom siluman dan pesawat, kapal, dan pangkalan darat lainnya.

Meskipun Rusia dan China telah membuat kemajuan signifikan dalam deteksi radar, namun laporan tersebut mengatakan bahwa kemajuan tersebut masih belum cukup untuk melawan teknologi siluman yang dimiliki AS dan sekutunya. Selain itu, pesawat berawak dan pesawat nirawak yang dimiliki AS memperluas jangkauan senjata dan juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran.

 

Lebih jauh, Aegis, Patriot, THAAD, dan sistem pertahanan udara lainnya memberi AS kemampuan untuk menembak jatuh ICBM Rusia dan China, di samping rudal udara-ke-udara yang dapat digunakan untuk menghancurkannya dalam fase dorongan beberapa menit setelah peluncuran.

Berbicara tentang laut, laporan tersebut mengatakan bahwa kapal selam Rusia lebih mudah dilacak dan berada dalam jangkauan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Penelitian tersebut lebih jauh menyelidiki pembom strategis yang dimiliki China dan Rusia. Menyebut pembom strategis bertenaga turboprop Rusia TU-95MS "Bear" sebagai "lambat dan rentan," laporan tersebut menambahkan bahwa mereka dapat menjadi masalah hanya jika mereka dapat diluncurkan tanpa dicegat, sesuatu yang seharusnya tidak menjadi masalah besar bagi NATO.

Selain itu, pesawat pengebom strategis TU-160/M ‘White Swan’ yang digunakan Rusia untuk mengejutkan AS dan sekutunya hampir tidak ada apa-apanya, karena mereka dikalahkan oleh radar dan kemampuan udara-ke-udara Amerika.

Lebih lanjut, laporan tersebut mengatakan bahwa Tiongkok tidak memiliki pesawat pengebom jarak strategis yang mampu mencapai target di luar 6.835 mil (11.000 km).

Secara keseluruhan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tiongkok dan Rusia mungkin mencoba meningkatkan kemampuan serangan nuklir dan non-nuklir mereka dalam upaya untuk menyamakan peluang melawan AS dan sekutunya.

Penelitian tersebut juga memperingatkan bahwa perbedaan yang sangat besar tersebut juga dapat menyebabkan kesalahan perhitungan yang berisiko di kedua belah pihak jika terjadi perang.

 

“Analisis kami mengungkapkan bahwa AS dan sekutu memiliki kapasitas yang masuk akal saat ini dengan kekuatan non-nuklir untuk mendahului kekuatan nuklir Rusia dan Tiongkok dengan Mendeteksi, Mengalahkan, dan Mempertahankan diri dari mereka,” kata penelitian tersebut.

Laporan ini menyarankan agar laporan ini dijadikan dasar untuk studi teknologi baru seperti rudal hipersonik, AI, dan isu terkait perang siber, antariksa, dan elektronik.

Laporan ini merupakan bagian dari proyek Konsep Strategis untuk Penghapusan Senjata dan Proliferasi yang dipimpin oleh Profesor Plesch di SOAS University of London.

“Fokus proyek ini adalah pada kebutuhan, sebagaimana yang digariskan oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam Agenda Baru untuk Perdamaian mulai Juli 2023 untuk sesi khusus tahunan baru Majelis Umum PBB tentang Perlucutan Senjata dan pada contoh dan prototipe untuk menerapkan pengendalian senjata umum dan perlucutan senjata,” tambahnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya