Mengurai Kelam Judi Online di Pondok Cahaya Sayung

Taufik Budi, Jurnalis
Senin 14 Oktober 2024 21:22 WIB
Santri di Pondok Cahaya Sayung kebanyakan korban judi online (Foto: Okezone/Taufik)
Share :

Rayuan Admin Judi

Ditambah lagi, para admin situs judi online, yang sering kali perempuan, terus membujuknya untuk bermain lebih banyak. Mereka menjanjikan kemenangan besar yang tak pernah datang.

"Sering dihubungi admin, dirayu untuk bermain lagi. Mereka bilang kekalahan saya akan diganti dengan kemenangan yang besar. Tapi nyatanya, saya hanya semakin terpuruk," kenangnya dengan getir. 

Hingga akhirnya, Rian memutuskan untuk mencari jalan keluar. Pondok Ma'unatul Mubarok menjadi tempat perlindungan terakhirnya. Di pondok tersebut, ia tak hanya dibimbing secara spiritual oleh Gus Mufti dan para konselor, namun juga diajak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan positif. Ia pun merasa terbantu dengan pendekatan yang diterapkan, yang lebih menekankan pada terapi spiritual dan zikir bersama.

"Di sini, kami diajak untuk menyadari bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini adalah ujian. Dengan kembali mengingat Allah, saya perlahan bisa meninggalkan dunia judi online yang telah merusak hidup saya," katanya. 

Meski baru enam bulan berada di pondok, dia merasa sudah banyak mengalami perubahan. Rian berharap upaya pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk memblokir situs judi online dapat semakin diperkuat. 

"Banyak iklan judi online yang masih bisa diakses di media sosial. Saya berharap pemerintah bisa lebih tegas dalam hal ini, karena sudah banyak anak muda yang terjebak," katanya dengan nada harap.

Gus Mufti, yang memimpin Pondok Ma’unatul Mubarok, turut menyampaikan bahwa judi online kini telah menjadi masalah serius di masyarakat. "Awalnya, saya berbicara dengan Abah (almarhum Kiai Abdul Halim) tentang dampak judi online. Kami sepakat bahwa korban judi ini tak hanya mengalami kerugian finansial, tapi juga mental," ujarnya.

Menurut Gus Mufti, banyak korban judi online yang mengalami gangguan jiwa. Mereka terus menerus memikirkan cara untuk mendapatkan kembali uang yang telah hilang, dan akhirnya menjadi overthinking. Kecanduan ini juga kerap memaksa mereka melakukan tindakan nekat, seperti berutang demi terus bermain.

"Kita di sini lebih banyak melakukan pendekatan spiritual. Setiap individu punya masalahnya sendiri, dan kami berusaha untuk membantu mereka memahami akar masalahnya," lanjut Gus Mufti. Pondok ini tidak hanya memberikan konseling, tetapi juga zikir dan terapi spiritual untuk menenangkan jiwa yang guncang akibat judi.

Lebih jauh, Gus Mufti menjelaskan bahwa judi online tidak mengenal usia. Anak-anak muda hingga orang dewasa, semua bisa terjerumus karena kemudahan akses. "Bahkan orang tua pun kini ikut terjebak. Judi online ini sangat mudah diakses, dan ini yang membuatnya begitu berbahaya," katanya.

Salah satu terapi yang diterapkan di Ma'unatul Mubarok adalah terapi zero point zero, atau terapi pengosongan pikiran. Melalui metode ini, para korban dibantu untuk meresapi ayat-ayat Alquran dan mengembalikan pikiran mereka ke jalan yang benar.

"Kami sering mengajak mereka untuk berziarah, membaca tasbih, tahmid, dan zikir, agar energi negatif dalam diri mereka hilang. Dengan begitu, mereka bisa kembali kepada Allah dan meninggalkan judi online," tambah Gus Mufti.

Proses rehabilitasi di Ma'unatul Mubarok menggunakan metode yang serupa dengan penanganan narkoba. Setiap klien menjalani asesmen dan konseling melalui wawancara motivasi, di mana konselor berusaha memahami akar permasalahan dan mendampingi mereka dalam perjalanan pemulihan. 

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya