Kenapa Zimbabwe Menjadi Negara Miskin?

Naomi Angelina Panjaitan, Jurnalis
Rabu 23 Oktober 2024 16:54 WIB
Kenapa Zimbabwe menjadi negara miskin? (Freepik)
Share :

Sayangnya, ESAP dinilai gagal karena berbagai alasan. Salah satunya adalah inflasi dan krisis fiskal yang terjadi akibat liberalisasi ekonomi yang diterapkan terlalu cepat tanpa kesiapan infrastruktur yang memadai. Pemotongan subsidi serta pengurangan belanja pemerintah, terutama di sektor sosial seperti kesehatan dan pendidikan, semakin memperburuk kondisi masyarakat. Banyak perusahaan yang sebelumnya terlindungi oleh kebijakan proteksionis tidak mampu bersaing di pasar bebas, menyebabkan kebangkrutan dan peningkatan pengangguran.

Selain itu, Zimbabwe menghadapi tantangan eksternal seperti kekeringan besar pada 1992 dan 1995. Hal ini berdampak pada menurunnya produksi pertanian sehingga menciptakan krisis pangan. Ditambah lagi, resesi global pada awal 1990-an memperburuk situasi dengan menekan harga ekspor bahan mentah.

Meski ada pemulihan ekonomi pada tahun 1996-1997, kondisi Zimbabwe kembali memburuk karena kebijakan populis yang diterapkan pemerintahan Mugabe. Salah satu kebijakannya adalah pembayaran besar-besaran sebesar 4 miliar dollar Zimbabwe (ZWD) kepada veteran perang kemerdekaan pada 1997. Langkah ini memicu inflasi yang tidak terkendali dan menyebabkan Zimbabwe kehilangan dukungan IMF. 

Pada tahun 1998, keterlibatan Zimbabwe dalam Perang Kongo juga memperburuk situasi, karena menguras anggaran dan meningkatkan utang negara.

Kebijakan yang paling merugikan adalah reformasi agraria pada 2000. Tanah milik petani kulit putih disita secara paksa dan dibagikan kepada penduduk kulit hitam yang disebut tidak memiliki kemampuan bertani. Akibatnya, sektor pertanian, yang merupakan pilar utama ekonomi Zimbabwe, runtuh total, menyebabkan krisis pangan dan hilangnya pendapatan ekspor.

Akibat dari kebijakan-kebijakan tersebut, Zimbabwe menghadapi berbagai masalah serius yang menghancurkan perekonomian dan kondisi sosialnya. Salah satu dampak terbesarnya adalah hiperinflasi. Inflasi Zimbabwe melonjak hingga puncaknya pada 2008, mencapai lebih dari 79 miliar persen. Hal ini membuat mata uang Zimbabwe hampir tidak bernilai, dan menghancurkan daya beli masyarakat.

Selain itu, tingkat pengangguran meningkat drastis akibat kehancuran sektor-sektor penting seperti pertanian dan manufaktur. Banyak perusahaan gulung tikar, sehingga lapangan pekerjaan semakin langka. Eksodus besar-besaran tenaga terampil, profesional, dan akademisi Zimbabwe ke luar negeri, terutama Afrika Selatan, memperparah krisis akibat ketidakstabilan ekonomi.

Pada akhirnya, layanan publik, seperti pendidikan dan kesehatan, mengalami kemunduran besar. Infrastruktur publik runtuh, dan harapan hidup masyarakat menurun drastis akibat krisis yang berkepanjangan.
 

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya