Pemberontak Suriah telah membuat kemajuan pesat di wilayah utara negara tersebut, merebut dua kota besar: Aleppo, kota terbesar kedua, dan Hama—kota penting yang strategis yang terletak di jalur pasokan vital—sebelum akhirnya merebut ibu kota; Damaskus.
Para pemberontak mengatakan mereka akan maju lebih jauh ke selatan menuju Homs, hanya sekitar 100 mil dari Ibu Kota Suriah, Damaskus.
“Ketika kita berbicara tentang tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Merupakan hak kita untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Abu Mohammad al-Jolani, mantan milisi al-Qaeda yang kini memimpin pemberontakan, kepada CNN.
Bagi Rusia, jatuhnya rezim Suriah dapat berarti kehilangan sekutu terdekatnya di Timur Tengah dan melemahkan kemampuannya untuk memproyeksikan kekuatan saat berperang di Ukraina.
Bagi Iran, hal itu dapat menghancurkan apa yang disebut Poros Perlawanan, yang terdiri dari negara-negara sekutu dan milisi.
Rusia dan Iran belum berkomentar secara resmi atas laporan tumbangnya rezim Suriah.
Iran selama ini telah menggunakan Suriah untuk memperluas pengaruh regionalnya melalui kelompok-kelompok proksi yang ditempatkan di negara tersebut.
(Angkasa Yudhistira)