Kisah Mantan Dubes Rusia Tentang Kunjungan SBY, Soekarno, dan Masjid St.Petersburg

Opini, Jurnalis
Kamis 06 Februari 2025 15:20 WIB
Ilustrasi.
Share :

Pada prinsipnya, parameter dan jadwal kunjungan tidak menimbulkan keberatan dari kedua belah pihak. Namun, masalah muncul dalam menentukan tanggal pasti pertemuan para pemimpin dan pelaksanaan pembicaraan utama, yang sulit sekali untuk disepakati. Waktu yang diusulkan oleh Moskow ternyata tidak dapat diterima oleh pihak Indonesia dan upaya saya untuk meyakinkan kantor Presiden Indonesia agar menerimanya tidak membuahkan hasil. Saya merasakan bahwa upaya rekan-rekan saya di Kementerian Luar Negeri Rusia juga tidak dapat banyak membantu. Dari Moskow, ditegaskan bahwa perubahan tanggal pertemuan utama tidak mungkin dilakukan. Kedua belah pihak tetap pada pendiriannya. Mungkin ini adalah bagian dari praktik protokoler biasa, upaya saling menekan untuk melaksanakan arahan yang telah ditetapkan dari atas. Namun, dalam kasus ini, negosiasi mengenai tanggal benar-benar menemui jalan buntu. Tak ada satu pun pihak yang ingin mengalah.

Di sini, saya mendapatkan ide yang saya diskusikan melalui telepon dengan asisten Presiden Vladimir Putin bidang urusan kebijakan luar negeri. Mengapa tidak mengundang S.B. Yudhoyono untuk mengunjungi kota lain di Rusia, khususnya St. Peterburg, sebelum tiba di Moskow? Dengan begitu, solusi kompromi mengenai tanggal pertemuan tingkat tinggi bisa ditemukan. Persetujuan diberikan, dan saya meminta pertemuan dengan asisten Presiden Indonesia untuk urusan kebijakan luar negeri.

Saya tidak usah menguraikan percakapan dengannya, namun saya akan berbagi tentang bagaimana dan dengan apa saya mencoba menarik perhatian lawan bicara saya. Saya teringat dan menceritakan secara detail sebuah kisah yang diceritakan kepada saya beberapa tahun sebelumnya oleh imam Masjid Katedral St. Petersburg, yang memulai ceritanya dengan kata-kata, "umat Muslim St. Petersburg mengingat dan mencintai Presiden Indonesia Soekarno." Inti dari ceritanya adalah bahwa selama salah satu kunjungan awal Soekarno ke Uni Soviet, presiden pertama Indonesia itu mengunjungi Leningrad, nama St. Petersburg pada masa itu. Dan selama berada di kota itu, Soekarno, saat melintas di jalan menuju pertemuan berikutnya, melihat bangunan masjid. Dia bertanya apakah dia bisa mengunjunginya. Orang-orang yang mendampinginya dengan cepat menjawab bahwa jadwal kunjungannya sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk kunjungan seperti itu. Keesokan harinya, Soekarno kembali mengangkat pertanyaan ini dan sekali lagi mendapatkan jawaban yang sama. Masalah sebenarnya adalah bahwa masjid itu ditutup dan diubah menjadi gudang, yang pada masa itu tidak jarang terjadi pada tempat-tempat ibadah. Namun, pejabat Soviet merasa malu untuk mengakuinya. Setelah penolakan ketiga untuk memenuhi permintaannya mengunjungi masjid, Soekarno marah dan menurut sang imam, menghentikan kunjungannya dan terbang keluar dari Leningrad. Beberapa waktu kemudian, sebagai akibat dari skandal dengan Soekarno, pihak berwenang mengembalikan masjid katedral utama kota itu kepada umat Muslim setempat. Saya tidak tahu bagaimana sebenarnya kejadiannya saat itu dan apakah semuanya benar-benar terjadi seperti itu. Saya tidak memungkiri mungkin saja ini legenda, tetapi jika itu legenda, maka itu adalah legenda yang baik, yang menjaga kenangan tentang presiden pertama Indonesia dan citra tingginya di kalangan umat Muslim St. Petersburg.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya