"Kita tidak dapat melakukan migrasi terbuka dari negara mana pun yang tidak dapat kita periksa dan skrining dengan aman dan andal bagi mereka yang ingin memasuki Amerika Serikat," kata Trump.
Dia mengutip insiden Minggu, (1/6/2025) di Boulder, Colorado di mana seorang pria melemparkan bom bensin ke kerumunan demonstran pro-Israel sebagai contoh mengapa pembatasan baru diperlukan.
Seorang warga negara Mesir, Mohamed Sabry Soliman, telah didakwa atas serangan itu. Pejabat federal mengatakan Soliman telah melewati batas visa turisnya dan memiliki izin kerja yang kedaluwarsa - meskipun Mesir tidak ada dalam daftar negara yang menghadapi pembatasan perjalanan.
Reaksi Negara Terdampak
Somalia segera berjanji untuk bekerja sama dengan AS guna mengatasi masalah keamanan.
"Somalia menghargai hubungan jangka panjangnya dengan Amerika Serikat dan siap untuk terlibat dalam dialog guna mengatasi masalah yang timbul," kata Dahir Hassan Abdi, duta besar Somalia untuk Amerika Serikat, dalam sebuah pernyataan.
Sementara Menteri Dalam Negeri Venezuela Diosdado Cabello mengkritik pembatasan tersebut dengan menggambarkan pemerintah AS sebagai fasis dan memperingatkan warga Venezuela agar tidak berada di AS.
"Yang sebenarnya terjadi adalah berada di Amerika Serikat merupakan risiko besar bagi siapa pun, bukan hanya bagi warga Venezuela ... Mereka menganiaya warga negara kami, rakyat kami tanpa alasan," kata Cabello.
Negara lain seperti Myanmar dan Laos belum memberikan tanggapannya.