Pakistan Rekomendasikan Trump untuk Terima Hadiah Nobel Perdamaian

Rahman Asmardika, Jurnalis
Minggu 22 Juni 2025 13:00 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Foto: X)
Share :

JAKARTA - Pemerintah Pakistan secara resmi merekomendasikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2026. Rekomendasi ini diumumkan hanya sehari sebelum Trump memerintahkan pengeboman tiga fasilitas nuklir Iran untuk membantu sekutu dekatnya di Timur Tengah, Israel.

Pakistan merekomendasikan Trump atas perannya dalam memediasi dan mengakhiri konflik militer baru-baru ini antara Islamabad dan New Delhi. Namun, India bersikeras Trump tidak berperan dalam meredakan ketegangan.

Hubungan India dan Pakistan, dua negara tetangga bersenjata nuklir, meningkat pada akhir April setelah serangan teroris mematikan di Pahalgam di Kashmir yang dikontrol India. Delhi menuduh Pakistan memberikan dukungan kepada kelompok teroris dan militan yang melancarkan serangan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat, (20/6/2025) pemerintah Pakistan mengumumkan bahwa mereka "memutuskan untuk secara resmi merekomendasikan" Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian 2026 "sebagai pengakuan atas intervensi diplomatiknya yang tegas dan kepemimpinannya yang penting selama krisis India-Pakistan baru-baru ini."

Menurut Islamabad, pemimpin Amerika itu membantu meredakan "situasi yang memburuk dengan cepat" yang dapat memicu "dampak bencana bagi jutaan orang di kawasan itu dan sekitarnya."

Mereka juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Trump karena menawarkan bantuan untuk menyelesaikan sengketa Kashmir yang sudah berlangsung lama antara Pakistan dan India.

 

Presiden AS telah berulang kali mengklaim berjasa atas gencatan senjata pada 10 Mei yang menghentikan permusuhan antara kedua negara tetangga. Namun, pemerintah India membantah bahwa presiden AS memainkan peran yang menentukan.

Berbicara dalam jumpa pers pada Rabu, (18/6/2025) Menteri Luar Negeri India Vikram Misri mengungkapkan bahwa selama percakapan telepon dengan Trump pada hari sebelumnya, Perdana Menteri Narendra Modi menekankan bahwa "India tidak pernah menerima mediasi (untuk menyelesaikan perselisihannya dengan Islamabad atas Jammu dan Kashmir), tidak menerima dan tidak akan pernah menerimanya."

Di hari yang sama, Trump mengundang kepala Angkatan Darat Pakistan Asim Munir ke pertemuan makan siang pribadi, setelah panglima lapangan itu juga menyerukan nominasi Nobel bagi Trump, Reuters melaporkan, mengutip juru bicara Gedung Putih Anna Kelly.

Pada Sabtu, (21/6/2025) dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya, Trump menyatakan bahwa ia dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio telah mengatur "perjanjian yang luar biasa antara Republik Demokratik Kongo dan Republik Rwanda dalam perang mereka."

 

"Saya tidak akan mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk ini, saya tidak akan mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk menghentikan Perang antara India dan Pakistan, saya tidak akan mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk menghentikan Perang antara Serbia dan Kosovo, saya tidak akan mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk menjaga Perdamaian antara Mesir dan Ethiopia... dan saya tidak akan mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk melakukan Perjanjian Abraham di Timur Tengah," keluh Trump, sebagaimana dilansir RT.

Berbicara kepada wartawan pada hari sebelumnya, Presiden dari Partai Republik itu membuat klaim serupa tentang perannya dalam menyelesaikan konflik tersebut.

"Saya seharusnya mendapatkan (Hadiah Nobel Perdamaian) empat atau lima kali," tegasnya, mengklaim bahwa ini tidak akan terjadi "karena mereka hanya memberikannya kepada kaum liberal."

Sehari setelah mendapat rekomendasi Nobel Perdamaian dari Pakistan, Trump memerintahkan pengeboman ke tiga situs nuklir Iran di Natanz, Isfahan, dan Fordow, yang berpotensi menyeret AS ke dalam perang langsung di Timur Tengah. Iran menuduh serangan AS, yang dilakukan dengan koordinasi Israel, melanggar hukum internasional.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya