5. Dilarang berkata kasar atau melakukan konflik
Pada malam satu Suro, masyarakat Jawa berusaha menjaga ucapan dengan tidak melontarkan kata-kata kasar atau kotor. Sikap ini bukan hanya mencerminkan kesopanan, tetapi juga didasari keyakinan bahwa setiap perkataan memiliki kekuatan tersendiri. Ucapan buruk dipercaya dapat membawa dampak nyata dan mewujud dalam kehidupan.
Oleh karena itu, menjaga lisan menjadi bagian penting dalam upaya pensucian diri. Terlebih lagi, ada kepercayaan bahwa malam satu Suro merupakan waktu turunnya roh leluhur dan para wali yang mendengarkan doa serta harapan manusia, sehingga setiap perkataan harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
(Awaludin)