Kenapa Putra Mahkota Iran Reza Pahlavi Ngotot Gulingkan Rezim Ali Khamenei? Ini Alasannya

Dilla Nur Fadhilah, Jurnalis
Senin 30 Juni 2025 16:11 WIB
Putra mahkota terakhir Iran Reza Pahlavi (foto: fok ist)
Share :

REZA PAHLAVI, putra mahkota terakhir Iran yang saat ini hidup di pengasingan, kembali menegaskan sikapnya untuk menggulingkan rezim Ayatollah Ali Khamenei. 

Dalam sebuah konferensi pers di Paris pada Juni 2024, Reza Pahlavi menggambarkan rezim Iran sebagai kekuasaan yang menindas dan menyeret rakyatnya ke arah kehancuran. Ia juga menyerukan kepada komunitas Internasional untuk tidak lagi memberikan dukungan yang justru memperpanjang usia pemerintahan yang dinilainya sebagai biang keladi penindasan dalam negeri dan ketegangan di kawasan.

“Jika Khamenei turun, ia akan mendapat pengadilan yang adil, sesuatu yang tak pernah ia berikan kepada rakyat Iran,” tegas Pahlavi.

Pahlavi menyatakan, bahwa satu-satunya cara efektif untuk menghentikan ambisi nuklir Iran adalah melalui pembentukan pemerintahan yang demokratis, yang selaras dengan kepentingan Israel dan negara-negara Barat. Oleh karena itu, dukungannya terhadap Israel dapat dilihat sebagai langkah strategis untuk memperoleh dukungan global sekaligus menegaskan penolakannya yang keras terhadap rezim Khamenei.

Pahlavi mengklaim bahwa aksi militer, seperti serangan AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, telah menggoyahkan struktur kekuasaan rezim dan memberikan harapan baru bagi rakyat Iran. Ia menyebut ini sebagai "momentum Berlin Wall" yang bisa mengakhiri dominasi Khamenei.

 

Untuk mewujudkan transisi ke pemerintahan baru, Pahlavi mengajak unsur oposisi dalam negeri, profesional, tokoh bisnis dan bahkan anggota militer untuk bersatu dalam "national unity summit". Ia juga membuka kanal komunikasi dengan aparat keamanan yang mulai mempertimbangkan alih haluan.

Meskipun menolak klaim ingin merebut kekuasaan secara pribadi, Pahlavi menawarkan diri menjadi pemimpin sementara selama transisi, sembari memastikan proses persidangan yang adil bagi Khamenei, asalkan sang pemimpin tertinggi bersedia mundur secara sukarela . Ia menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah membangun Iran demokratis dengan nilai sekularisme, kebebasan individu, kesetaraan, dan pemisahan agama dan negara.

Proposisi Pahlavi mendapat sambutan beragam. Beberapa analis memperingatkan bahwa ketergantungan pada intervensi militer seperti serangan Israel atau AS bisa membahayakan stabilitas pasca-rezim, sebagaimana yang terjadi di Irak atau Libya.
 

(Awaludin)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya