Freddy menjelaskan, bahwa tabrakan di udara merupakan risiko yang kerap terjadi dalam latihan maupun atraksi penerjunan. Hal itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti parasut yang dibuka secara bersamaan atau posisi penerjun yang terlalu berdekatan.
“Dalam setiap penerjunan, pasti ada potensi penerjun bertabrakan di udara. Kadang karena proses pencabutan parasut bersamaan, atau karena setelah keluar dari pesawat, penerjun mengalami spin dan menabrak penerjun lain,” jelasnya.
Meski mengalami tabrakan, Praka Zaenal disebut masih sempat membuka parasut dan mendarat di laut. Menurut Freddy, hal itu menjadi bukti profesionalisme almarhum karena dalam beberapa kasus serupa, penerjun tidak sempat membuka parasut akibat kehilangan kesadaran di udara.
“Pada saat kejadian, almarhum sempat membuka parasut. Ada juga beberapa kejadian di mana penerjun blackout setelah tabrakan, sehingga tidak sempat mencabut parasut dan jatuh bebas. Tapi almarhum sempat mencabutnya,” ungkap Freddy.
(Awaludin)