Aktivis Sindhi juga mengalami intimidasi dan penahanan sewenang-wenang. Wilayah Sindh memiliki sejarah panjang perlawanan terhadap dominasi pusat, sehingga pengawasan terhadap kelompok ini lebih ketat, dan diskriminasi politik serta sosial semakin memperumit hubungan antara pemerintah pusat dan masyarakat lokal.
Selain penindasan etnis, Pakistan menghadapi masalah serius dalam perlakuan terhadap minoritas agama. Komunitas Ahmadiyah mengalami diskriminasi paling sistematis—konstitusi Pakistan menyatakan bahwa Ahmadiyah bukan bagian dari Islam, menjadikan mereka target kriminalisasi. Tempat ibadah mereka dirusak, kuburan diserang, dan komunitas menghadapi tekanan sosial maupun hukum yang berkelanjutan.
Minoritas Hindu dan Kristen menghadapi tantangan berupa penculikan, pemaksaan konversi, dan kekerasan terhadap perempuan serta anak-anak. Kasus pernikahan paksa terhadap anak perempuan Hindu dengan pria Muslim sering dilaporkan namun jarang ditindak secara hukum. Di sisi lain, komunitas Syiah Hazara, terutama di Quetta, menjadi korban serangan kelompok ekstremis dan menghadapi diskriminasi sosial dengan perlindungan negara yang minimal, sehingga hidup dalam kondisi penuh ketidakpastian.
Penindasan terhadap kelompok etnis dan agama diperparah oleh pembatasan kebebasan sipil yang luas. Banyak jurnalis menghadapi sensor, intimidasi, dan kekerasan, sementara media yang mengkritik pemerintah sering dibungkam. Organisasi HAM dibatasi melalui regulasi ketat termasuk pengawasan dan pembatasan registrasi, dan aksi damai sering dibubarkan dengan kekerasan, menambah daftar panjang pelanggaran kebebasan berekspresi.