JAKARTA - Aktivis Aliansi Rakyat Merdeka (ARM) Jumhur Hidayat menilai kedatangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ke kampus Insitut Teknik Bandung (ITB) untuk memberikan kuliah umum sarat muatan politis. Kunjungan tersebut sebelumnya menuai penolakan dari sejumlah mahasiswa ITB.
"Menurut saya sangat politis dan tidak mencerminkan penolakan keluarga besar mahasiswa ITB keseluruhan. Dari selebaran yang saya peroleh, penolakan itu bukan dilakukan oleh pengurus KM-ITB yang boleh resmi mengatasnamakan seluruh mahasiswa ITB," kata Jumhur kepada wartawan, Kamis (17/4/2014).
Menurut Jumhur, elemen mahasiswa nampak tidak menginginkan adanya politisasi kampus kendati secara tersirat.
"Namun begitu pada hemat saya, kedatangan Jokowi ke ITB adalah dalam kapasitasnya sebagi Gubernur DKI yang sangat penting diketahui pandangannya tentang City Planning, Urban Development dan sebagainya di mana Kampus ITB perlu mengetahui langkah-langkah nyata yang sudah dan akan dilakukan Jokowi di Jakarta maupun yang sudah dilakukan di Solo sebagai sebuah praksis yang penting," jelasnya.
Sebagai mantan aktivis mahasiswa ITB, Jumhur juga mengaku heran, pasalnya saat mahasiswa melakukan pengusiran mahasiswa biasanya mengusir penguasa yang dianggap zalim.
"Seperti terlibat dan melindungi penggusuran tanah-tanah rakyat, penindasan HAM dan sebagainya. Sementara itu menurut saya Jokowi sama sekali tidak melakukan hal-hal yang menyengsarakan rakyat malah justru membebaskan dari kekumuhan, melakukan pemartabatan dengan menyediakan pemukiman manusiawi, membangun fasilitas publik yang lebih rapih dan hijau dan sebagainya," paparnya.
Lebih lanjut dirinya menilai kejadian penolakan itu, tidak perlu dianggap serius lantaran jelas memiliki nuansa politik yang nyata.
"Secara pribadi saya menyayangkan adik-adik mahasiswa ITB yang telah melakukan penolakan itu dan semoga ke depan bisa lebih jernih dalam memandang keadaan yang sedang berkembang," kata Jumhur.
(Rizka Diputra)