Hasan Basri ini bekerja di toko elektronik di Kawasan Tanjung Perak, Surabaya. "Dia (Hasan Basri) mencuri bahan-bahan untuk membuat radio dan kemudian membuat radio bersama Bung Tomo. Untuk menghidari penjajah, radio ini sering berpindah-pindah tempat. Terakhir radio milik Bung Tomo berkantor di Malang," jelasnya.
Selain mahir memprovokasi massa, sebagai wartawan radio, Bung Tomo juga piawai dalam organisasi. Pasca pertemuan dengan KH Wahab Chasbullah dan KH Hasyim Asy'ari, Bung Tomo membuat barisan perlawanan penjajah yang dinamakan BPRI (Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia).
Barisan ini sering menggelar rapat dan konsolidasi di salah satu rumah di Kawasan Jalan Biliton, Surabaya.
"Bung Tomo cerdik betul. Di RRI enggak boleh dipakai siaran dia bikin radio sendiri. Siaran Bung Tomo ini didengar dimana-mana. Puncaknya, adalah peristiwa penyobekan bendera Belanda di Hotel Oranye yang menjadi pemicu pertempuran 10 November itu," jelasnya.
(Muhammad Saifullah )