BANDA ACEH - Berbagai persoalan masih menghadang Aceh selepas 10 tahun tsunami berlalu. Banyaknya bantuan infrastruktur yang masuk usai bencana menjadikan beban tersendiri bagi pemerintah daerah. Salah satunya, persoalan merawat infrastruktur warisan dunia yang membutuhkan dana tak sedikit.
Setelah tsunami, banyak fasilitas publik lenyap disapu gelombang. Kemudian bala bantuan masuk dari berbagai negara di dunia, mengganti semua fasilitas tersebut menjadi bangunan baru. Jumlahnya bahkan melebihi dari yang dimiliki Aceh sebelum tsunami.
Sayangnya, kini sebagian aset itu terbengkalai dan tak terawat. Di antaranya adalah puskesmas pembantu bantuan Bulan Sabit Merah di Gampong Lambung, Banda Aceh. Gedung ini terbengkalai seperti rumah hantu, bagian plafonnya dibiarkan rusak dan dindingnya mulai keropos.
Selain itu, mesin penyulingan air yang dibangun Pemerintah Kuwait di Ulee Lheu untuk mengatasi krisis air bersih usai tsunami juga tak lagi difungsikan setelah tak disubsidi lagi. Mesin ini, kala itu, mengolah air laut yang asin menjadi tawar siap minum.