Selanjutnya gedung penyelamatan tsunami (escape buiding) juga demikian. Gedung berlantai empat bantuan Pemerintah Jepang ini dibangun di Lambung, Dayah Teungoh, Dayah Glumpang, dan Gampong Pie. Satu-satunya yang terawat adalah yang di Gampong Pie, karena di sana sekaligus dijadikan Kantor Pusat Mitigasi Bencana dan Tsunami (TDMRC) Universitas Syiah Kuala.
Selebihnya, terbiarkan begitu saja. Toiletnya rusak, pintu toilet sebagian juga tak ada lagi. Lantai dua dan tiga kotor dan berserakan sampah. Kabel-kabel listrik di plafon mulai copot dan sebagian lampu hilang. Dindingnya sebagian rusak dan tercoret-coret. Tiap kali simulasi tsunami digelar, gedung tahan gempa ini juga tak digunakan maksimal untuk edukasi.
Begitu juga dengan Gedung IT Learning Center bantuan Samsung yang dibangun di bekas pertapakan Gedung Bioskop Garuda, Banda Aceh. Gedung ini sama sekali tak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya digunakan untuk kegiatan seperti pelipatan kertas suara jelang pemilu.
Berikutnya infrastruktur yang terbengkalai adalah Terminal Antarkota Dalam Provinsi di Saree, Aceh Besar. Terminal bantuan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias ini juga belum berfungsi hingga kini. Tak ada aktivitas antar-angkut penumpang di sana, kios-kios sekitar terminal juga tertutup begitu saja.
(Risna Nur Rahayu)