Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

"Mohamad Roem Traktor Maut"

Randy Wirayudha , Jurnalis-Senin, 16 Maret 2015 |05:45 WIB
"Mohamad Roem Traktor Maut" (Foto: Ilustrasi)
A
A
A

JAKARTA – Nama Mohamad Roem pernah menjulang di mata publik, terutama bangsa Indonesia, terlebih namanya tercantum pada kesepakatan damai konflik Indonesia-Belanda (Perjanjian Roem-Roijen 7 Mei 1949). Tapi pembunuhan karakter pernah coba dilakukan para provokator Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai traktor maut.
 

Titik nol persoalannya terletak dari “Peristiwa Tanjung Morawa”, sebuah tragedi berdarah sengketa lahan di Desa Perdamaian, Tanjung Morawa, Sumatera Timur (sekarang Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara), pada 16 Maret 1953. 

Di awali kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB), di mana Indonesia mendapat pengakuan dunia, tapi imbalannya Indonesia harus mengembalikan 255 ribu hektare lahan perkebunan teh, kelapa sawit, dan tembakau kepada asing.

Sebelumnya di masa kolonial, lahan itu milik perusahaan Belanda, Deli Planters Vereniging (DPV). Tapi lahan itu ditinggalkan ketika Jepang masuk ke Indonesia. Semenjak itu lahan tersebut digarap para tani setempat dan juga sejumlah keturunan Tionghoa.

Dalam beberapa kali imbauan pemerintah melalui Moh. Roem selaku Menteri Dalam Negeri dan Gubernur A. Hakim, para penggarap liar itu awalnya bersedia mengosongkan tanah. Tapi kemudian Barisan Tani Indonesia (BTI – organisasi tani yang berafiliasi dengan PKI) menghasut para penggarap itu untuk melakukan perlawanan.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement