Beberapa unit traktor yang hendak melakukan meratakan lahan, dihadang dan akhirnya terjadi bentrok dengan aparat kepolisian. Alhasil, puluhan pemrotes tertembak dan enam di antaranya tewas.
“Ia (Roem) berkesimpulan bahwa kepolisan dan pemerintah sudah bertindak sebagaimana mestinya dan persoalan itu kemudian diambil alih menjadi tanggung jawab Menteri Dalam Negeri. PM Wilopo pun dapat memandang kebijaksanaan itu sebagai kebijaksanaan kabinet,” sebagaimana diungkap buku ‘Mohamad Roem: Karier Politik dan Perjuangannya, 1924-1968’ yang ditulis Iin Nur Insaniwati.
“Sementara itu, PKI yang kemudian mencemooh Mohamad Roem dengan sebutan ‘Mohamad Roem Traktor Maut’, meneruskan usahanya untuk menjatuhkan kabinet (PM Wilopo),” lanjutnya.
Setelah itu, mosi tak percaya diajukan Sidik Kertapati dari Sarekat Tani Indonesia (SAKTI) dalam rapat parlemen. Meski Ketua Parlemen, Mr. Sartono menolaknya pada 4 April 1953, Kabinet Wilopo tetap jatuh dan harus mengembalikan mandatnya pada Presiden Soekarno, pada 2 Juni 1953.
(Arief Setyadi )