PADANG - Kendaraan becak motor (bemo) sampai saat ini masih memiliki penggemar. Bukan sebagai alat transportasi, melainkan untuk dijadikan koleksi pribadi.
Seperti bemo yang dimilik Agus (65), warga Sisingamangaraja, Kelurahan Simpang Haru, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat. Agus mengatakan, bemo kesayangannya pernah ditawar oleh pengusaha dari Pekanbaru senilai Rp43 juta. Namun, dirinya enggan untuk melepasnya.
“Kita ini pencinta bemo. Meski kondisinya sudah tua, kita sayang melepaskannya, dan ini punya banyak kisah dari kendaraan kita ini,” tutur Agus, sang pemilik bemo, kepada Okezone.
Bunyi mobilnya itu cempreng dan menjadi ciri khas tersendiri dari kendaraan roda tiga tersebut. Kepalanya mirip mobil Volkswagen kodok. Kalau dulu mobil ini pakai stang, tapi kini pakai setir. Pengusaha itu berminat karena bemo miliknya masih bersih alias orisinal.
“Kita cat warna biru laut dua tahun silam, kita terus merawatnya. Tidak dipakai untuk angkutan penumpang, tetapi dipakai untuk angkut barang,” ujarnya.
Nomor polisinya, menurut Agus, juga tergolong cantik yaitu BA 1991 AU dan masa berlakunya hingga Januari 2018.
“Di situlah tertariknya mereka. Mungkin untuk barang antik mereka atau untuk mengangkut di Pekanbaru. Kita tidak tahu juga,” ujarnya.
Agus memang sengaja tidak mau melepaskan mobil kesayangannya ini. Bagi dia, itulah bagian dari hidupnya. Banyak kisah hidupnya yang dia lewati bersama bemonya.
“Ini ibarat istri kedua kita, jadi biarlah nanti kalau saya sudah tiada lagi mungkin akan dijual anak-anak. Tapi kalau saya masih hidup saya tidak mau menjualnya,” tuturnya.
Agus pun mengungkapkan alasan tidak menjualnya. Sebab dari usaha bemo itu, tepatnya di masa jayanya pada era '70 sampai '80, Agus bisa menghidupi keluarganya, bahkan bisa menamatkan empat anaknya menjadi sarjana.
“Alhamdulillah dari usaha ini empat anak jadi sarjana. Satu pernah kuliah sampai Jepang, di Unpad, Universitas Bung Hatta, saya lupa dua lagi yang jelas keempat anak saya kuliah, mereka sudah berkeluarga dan merantau di Jawa. Itu makanya saya tidak mau jual mobil ini,” tuturnya.
Agar tidak dimakan usia, Agus memang kerap memperbaiki bemonya sendiri. Bemo yang bermesin Daihatsu ini tidak memiliki bengkel khusus di Padang.
“Jadi, caranya kita bengkel sendiri, dan suku cadangnya kita cari sendiri yang mungkin cocok. Kadang kita beli sama pemilik bemo lagi atau di kanibalkan,” ucapnya.
Kini bemo kesayangan Agus itu tidak lagi mengangkut penumpang, sekarang hanya mengangkut barang.
“Kadang barang kita bawa sendiri seperti saat ini, ini untuk ibu di rumah yang membuka usaha lontong sayur dan goreng pisang, tapi kadang kita mengangkut barang orang itu pun disewa pemilik barang,” katanya.
Kalau biasanya Agus mengoperasikan bemo pagi dan sore, kalau pagi kita membeli barang, kalau sudah sore biasanya membawa barang-barang pedagang pulang.
“Itu saja lagi yang tersisa, dan kini bemo yang masih beroperasi ada enam unit, dan itu pun tidak seluruhnya beroperasi mungkin tinggal empat lagi,” pungkasnya.
(Carolina Christina)