Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pembebasan Pembajakan Pesawat Garuda, Menuai Pengakuan Dunia

Randy Wirayudha , Jurnalis-Sabtu, 28 Maret 2015 |07:40 WIB
Pembebasan Pembajakan Pesawat Garuda, Menuai Pengakuan Dunia
A
A
A

TANPA mengurangi rasa hormat pada kesatuan lainnya, Komando Pasukan Sandi Yudha (sekarang Kopassus) meroket namanya setelah “Operasi Woyla”.

Pasukan elite Angkatan Darat Indonesia ini mendapati pengakuan dunia internasional setelah membebaskan sandera Pesawat Garuda DC-9 “Woyla” yang dibajak kelompok teroris, Komando Jihad, pada 28 Maret 34 tahun silam (1981), di Thailand.

Semenjak 1950 hingga sekarang, tercatat 62 kali peristiwa pembajakan pesawat komersial. Sejak 1950 itu pula hanya empat negara yang mampu membebaskan sandera dan membunuh pelaku pembajakan, termasuk Indonesia selain Israel, Jerman dan Singapura.

Keempatnya berhasil berkat kemampuan pasukan elite mereka masing-masing. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) AD berada di antaranya bersama GSG 9 (Jerman), Mossad (Israel) dan SOF (Singapura).

Awalnya, kemampuan militer Indonesia yang saat terjadi “Peristiwa Woyla”, masih cenderung diremehkan lantaran status Indonesia, tergolong negara dunia ketiga. Setelah keberhasilan operasi, dunia internasional mulai benar-benar angkat topi akan kemampuan militer elite Indonesia.

Surat Kabar The Asian Wall Street Journal, tak segan menyematkan keberhasilan “Operasi Woyla”, 31 Maret 1981 di headline mereka,:

“Indonesia bukannya tidak layak diberikan pujian dan hormat yang sama dengan (pasukan) komando Israel dan Jerman Barat, untuk tindakan keberanian di Entebbe (Uganda) dan Mogadishu (Somalia). Sangat disayangkan karena ada poin yang lebih luas untuk dibuktikan (pasukan Indonesia),”.

“Yang pasti, butuh kemampuan militer tingkat tinggi untuk bisa menyelamatkan penumpang pesawat yang disandera tanpa menimbulkan satu pun korban jiwa. Sedari pembajakan sampai tembakan terakhir, jalannya operasi selama 60 jam membutuhkan organisasi dan perencanaan yang sangat baik, serta butuh keberanian, efisiensi dan disiplin,” lanjut Koran tersebut.

Usai operasi, surat kabar The Bangkok Post sempat mendapati wawancara singkat dengan salah satu personel Grup-1 Para Komando, TJP Purba,: “Prinsip kami sederhana, tak terdengar, menentukan dan agresif,”.

Sepulangnya ke Indonesia, komandan lapangan, Letkol Sintong Hamongan Pandjaitan beserta semua personelnya dianugerahi “Bintang Sakti”.

(Randy Wirayudha)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement