Pada pertempuran yang disebut "Serangan Umum Tasik" itulah, dingo tersebut dihancurkan bersama beberapa ranpur sekutu lainnya oleh pasukan KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) pimpinan Mayor Tein Kodongan.
“Ketika pergerakan sekutu ingin menaklukkan Tasik, disergap pasukan pejuang kita. Mereka menghancurkan kendaraan-kendaraan belanda, di antaranya Bren Carrier, truk (pasukan) Gurkha dan juga Dingo ini,” tambah Ayah dua anak tersebut.
Sejak 1947 itu hingga 67 tahun berikutnya, ranpur Dingo tersebut hanya ‘mangkrak’ tak terurus, di mana pada September 2014, baru bisa direstorasi.
“Walau cuma benda mati tapi ini historical content-nya dalam sekali. Ini saksi sejarah pertempuran dahsyat di Karangresik, di mana Belanda mengalami kekalahan telak,” sambung Mayor Heri.
“Saking marahnya Belanda, menurut saksi menurut saksi hidup, mereka mengirim dua pesawat tempur sebagai balasan untuk membombardir kampung dan jembatan di sekitar lokasi pertempuran, hingga banyak penduduk yang meninggal, akibat puluhan tentara Belanda yang tertembak di Karangresik,” tandasnya.
(Randy Wirayudha)