Tapi ada di antara beberapa satuan Siliwangi yang kena rayuan psywar Belanda dan mau menghentikan tembak-menembak untuk sementara di wilayah perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat. Hal itu justru membuat Belanda bisa lebih leluasa bergerak ke wilayah lain, yakni Sumedang.
Dalam rangkaian pertempuran itu, Komandan Batalyon Tarumanegara, Mayor Abdurrachman sempat tertawan Belanda, sebelum akhirnya dibunuh lantaran tak mau memberi tahu lokasi pos gerilya para petinggi Divisi Siliwangi lainnya.
Saat itu, sedianya Batalyon II Tarumanegara merupakan batalyon pengawal Panglima Siliwangi, Letkol Sadikin. Belanda bersikeras ingin menciduk satu per satu perwira Siliwangi, pasca-tertawannya Pangdam Letkol Daan Jahja, Desember 1948 di Purwokerto 1948.
Pasalnya, kembalinya Siliwangi ke Jabar sangat dikhawatirkan Belanda akan merebut Bandung kembali. Hari di mana Mayor Abdurrachman gugur, diabadikan menjadi Batalyon baru, yakni Yon 11 April di bawah komando Kapten Amir Mahmud.
Yon 11 ini juga yang akhirnya mampu melangsungkan revans terhadap sejumlah pos Belanda di Sumedang dan memporak-porandakan lini-lini pertahanan KNIL Yon V “Andjing NICA” di Sumedang.
(Randy Wirayudha)