JAKARTA - Kelompok militan ISIS telah menggunakan media sosial untuk menyebarkan paham radikal, dan juga untuk merekrut pejuang-pejuang dari berbagai negara.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Amerika Serikat (AS) Bidang Diplomasi dan Urusan Publik, Richard Stengel, mengatakan bahwa penutupan media sosial seperti Twitter dan Facebook tidak akan sepenuhnya menghentikan gerakan kelompok ISIS.
“Saya pikir dengan menutup media sosial tidak akan sepenuhnya menghentikan gerakan kelompok ekstremis itu,” ujar Richard Stengel, dalam acara diskusi ‘Demokratisasi Informasi: Peluang dalam Mengubah Cara Pandang Media’, di Jakarta, Rabu (15/4/2015).
“Justru new media, seperti media sosial inilah inti dari ‘Demokratisasi Informasi’. Dengan berkembangnya media sosial, kebebasan berpendapat dan kebebasan pers dapat tetap dijunjung tinggi,” lanjutnya.