Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kronik Heiho dari Front Pasifik Hingga Revolusi

Randy Wirayudha , Jurnalis-Rabu, 22 April 2015 |05:59 WIB
Kronik Heiho dari Front Pasifik Hingga Revolusi
Ilustrasi Heiho
A
A
A

Perekrutan ini jadi kesempatan buat ribuan pemuda Indonesia yang ingin punya karier militer. Kesempatan masuk Heiho juga jadi kesempatan menaikkan strata mereka, terlebih mereka juga digaji Jepang dan yang utama, mereka bisa terhindar dari kerja paksa (romusha).

Tak seperti PETA yang dikhususkan untuk pertahanan jika sekutu memijak Indonesia, Heiho justru turut diikutkan ke berbagai medan pertempuran Perang Pasifik yang sesungguhnya, seperti di Filipina, Thailand, Morotai, Rabaul (kini Papua Nugini), Balikpapan dan Burma (kini Myanmar).

Tapi lantaran masih kurangnya pelatihan, mereka lebih sering dijadikan tameng peluru atau martir bom bunuh diri. Ketika Jepang menyerah, jumlah pasukan Heiho saat itu diperkirakan sebesar 42 ribu personel, baik Heiho darat maupun Heiho Kaigun (laut).

Heiho kemudian dibubarkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan dimasukkan ke berbagai unit-unit Badan Keamanan Rakyat (BKR, cikal-bakal TNI).

Mereka yang tergabung dalam Heiho Kaigun, lebih banyak dileburkan ke Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), sementara Heiho darat dalam berbagai kesatuan darat BKR.

Tapi tak semua bekas Heiho laut masuk ALRI. Ignatius Slamet Rijadi contohnya. Salah satu tokoh kombatan besar ini justru diikutkan di pasukan darat dengan menjadi komandan Resimen 26 Surakarta (Solo).

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement