Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Melawan Rezim Orde Baru, Harus Siap untuk "Dihilangkan"

Feri Agus Setyawan , Jurnalis-Kamis, 21 Mei 2015 |07:28 WIB
Melawan Rezim Orde Baru, Harus Siap untuk
Ilustrasi teatrikal perlawanan mahasiswa pada Mei 1998 (Foto: Antara)
A
A
A

Sementara itu, salah satu korban penculikan, Nezar Patria mengakui dirinya telah dikuntit sejak lama, semenjak dirinya aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi (SMID) pada 1994, atau empat tahun sebelum Soeharto berhenti dari jabatannya. Nezar merupakan mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan Filsafat angkatan 1990.

“Saya waktu itu belum menjadi wartawan. Saya mahasiswa dari elemen pers kampus, saya Sekjen SMID. Kita mengorganisir kediktatoran Soeharto dan kita sudah lakukan sejak 1994. Kita sudah lama dipantau karena cukup kritis dan cukup gila juga pada waktu itu,” bebernya.

Menurut pria yang kini menjadi anggota Dewan Pers ini, mengungkapkan pada masa menjelang jatuhnya Soeharto pada Januari hingga Mei 1998, terjadi sejumlah peristiwa, termasuk penculikan sejumlah aktivis semakin memberikan kontribusi terhadap kesadaran mahasiswa tentang rezim otoriter.

“Maka terjadilah gelombang mahasiswa dari bulan Januari sampai dengan Mei 1998. Disela-sela itu, ada kasus penculikan aktivis bulan Maret 1998. Semua itu memberikan kontribusi pemanasan politik yang luar biasa dan meningkatkan kesadaran politik yang lebih tinggi dalam diri mahasiswa. Itu rata dari Sabang sampai Merauke,” tandas Nezar.

(Randy Wirayudha)

Halaman:
Lihat Semua
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Banner
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement