Tentu perjalanan mereka dari Munduk Malang ke Karangasem, tak semulus yang diinginkan. Sejumlah insiden kontak senjata kerap terjadi dengan pasukan NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie), maupun Brigade Gajah Merah. Kontak senjata terbesar sempat terjadi di Tanah Aron, Karangasem dengan pasukan Belanda pada 9 Juli 1946.
Monumen Panca Bhakti Mengenang Perlawanan Prajurit & Rakyat Bali
Seperti dikutip dalam ‘Jurnal Sejarah: Pemikiran, Rekonstruksi, Persepsi’, pasukan Ngurah Rai dengan diperkuat prajurit ALRI yang dipimpin Kapten (Laut) Markadi, menang telak dengan menewaskan 82 tentara NICA dan tak satu pun dari prajuritnya kehilangan nyawa.
Tak lama, pasukan Ngurah Rai melanjutkan long march mereka ke Desa Marga, Tabanan. Kegemilangan pasukannya juga berlanjut setelah mendapat tambahan senjata, usai melucuti Polisi Belanda di Kota Tabanan pada 18 November 1946.
Keesokannya, Ngurah Rai mengumpulkan para perwira lainnya, Kapten I Gusti Wayan Debes, Mayor I Gusti Putu Wisnu serta Kapten Sugianyar dan Wagimin, untuk mengatur siasat jika kembali terjadi kontak senjata dalam skala besar dengan Belanda.