KARAWANG - Pemuda mana yang tak mengenal Soekarno dan Mohammad Hatta? Sepak terjangnya sudah begitu menyebar sebagai sosok besar di otak para pemuda sejak aktif berpolitik pada masa muda 1920-30an.
Tapi sayangnya tidak begitu bagi rakyat di daerah terpencil macam Rengasdengklok. Bahkan petani dan peternak Tionghoa seperti Djiaw Kie Siong pun tak mengenal Soekarno. Padahal 70 tahun silam rumahnya jadi pilihan untuk tempat “mengaso” Soekarno usai dibawa dari Jakarta oleh para pemuda.
"Dulu engkong (Djiaw Kie Siong) belum tahu siapa Soekarno. Dulu kan radio saja tidak punya. Dia hanya tahu ketika didatangi orang banyak, termasuk ada tentara PETA (Pembela Tanah Air), bahwa ini Soekarno, tamu dari Jakarta,” tutur Iin, penjaga sekaligus cucu Djiaw Kie Siong yang menghuni rumah Rengasdengklok kepada Okezone, Selasa (18/8/2015).
Rumah yang berada di Desa Bojong, Kalijaya, Karawang, Jawa Barat dan terletak di pinggir Sungai Citarum itu, dikatakan Iin, dipilih karena Soekarno tak nyaman berada di tangsi PETA. Sementara rumah petani dan peternak babi itu merupakan rumah terbesar yang paling dekat dengan tangsi PETA.
Kendati tak mengenal Soekarno, Djiaw Kie Siong berkenan merelakan rumahnya untuk dijadikan tempat istirahat Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra yang kala itu masih balita, serta Hatta.
“Engkong itu sebenarnya bisa ‘baca’ orang hanya dari tampangnya. Dia enggak curiga karena tahu Soekarno orang baik, hanya dengan melihat wajahnya. Makanya dia relakan rumahnya ditempati, sementara engkong dan keluarga mengungsi ke rumah kakaknya dekat sini,” lanjutnya.
Sementara menilik sosok Djiaw Kie Siong sendiri, Iin sedianya mengaku tak terlalu tahu banyak. Dikatakannya, Djiaw Kie Siong lahir di daerah Rengasdengklok juga, tepatnya di Kampung Pisang Sambo pada 1881.
Djiaw yang wafat pada 1964, diuraikan Iin sebagai pribadi yang dermawan dan sangat berbaur dengan warga pribumi. Kondisi ekonominya yang baik berasal dari kerja kerasnya lewat kepemilikan lahan sawah, perkebunan tembakau, dan beternak babi.
“Engkong (Djiaw Kie Siong) punya jiwa penolong. Warga yang enggak punya beras, selalu dia kasih. Warga yang enggak punya rumah saja, disediakannya tempat tinggal dengan membeli lahan orang, untuk kemudian dipersilakan orang yang enggak punya rumah untuk ditempati,” tambah Iin.
“Dulu engkong pernah cerita, ada orang yang ketahuan mau mencuri hasil panen padi. Kata engkong, ‘mau ngapain? Enggak punya beras? Bilang aja’. Setelah itu orangnya pun dikasih beras,” tutupnya. (awl)
(Susi Fatimah)