Setelah melewati beberapa kali koreksi dari tulisan tangan Soekarno, lahirlah teks proklamasi itu. Isinya dibacakan terlebih dulu ke hadapan para pemuda. Pemuda kurang setuju soal kata-kata ‘wakil-wakil bangsa Indonesia’, sehingga ada usulan untuk diganti ‘atas nama bangsa Indonesia’.
“Saat itu yang paling lantang mengusulkan Soekarni, baik kata-kata itu, maupun soal siapa yang harus tanda tangan. Hatta sempat ingin seperti Amerika Serikat. Deklarasi kemerdekaan mereka kan ditandatangani semua yang hadir di situ. Tapi pemuda menginginkan hanya Soekarno dan Hatta yang tanda tangan, karena merasa sepak terjang mereka sudah dikenal rakyat,” lanjut Jaka.
Fase pengetikan jadi hal berikutnya untuk diketik Mohamad Ibnoe Sajoeti Melik dengan ditemani Boerhanoeddin Mohammad Diah. Setelah beberapa kata disunting, teks ketikan itu pun ditandatangani di atas piano dekat tangga.
Sekira pukul 4 pagi semua itu baru rampung, disertai ucapan selamat dari Maeda sendiri. Sempat ada usulan pembacaan teks proklamasi dilakukan di Lapangan Ikada (sekarang Monas). Tapi mengingat situasi keamanan, maka rumah Soekarno di Pegangsaan Timur 56, jadi opsi terbaik.
(Randy Wirayudha)