“Teroris memiliki tempat persembunyiannya. Mereka dapat bersembunyi di semak-semak atau di rumah. Itu mengharuskan kita untuk memiliki sistem radar penembus dinding dan mengidentifikasi benda di dalamnya,” ujar Zhongming, seperti diberitakan Russia Today, Rabu (2/9/2015).
Desainer lain yang ikut merancang Caihong 5, Lan Wenbo, mengatakan, pesawat canggih tersebut dapat dipersenjatai peralatan perang elektronik yang akan melindungi drone lain dari pelacakan dan pembajakan.
China sejatinya dikenal sebagai produsen terbesar drone di dunia. Namun, produk-produknya berfokus pada segmen pasar sipil. Sedangkan saingannya, yakni AS dan Israel, unggul dalam aplikasi di bidang militer.
Laporan tentang drone terberat milik China itu muncul menjelang parade militer besar-besaran di Beijing pada 3 September 2015 untuk menandai akhir Perang Dunia II.
Lebih dari 10 negara dilaporkan akan ikut meramaikan parade militer itu. Namun, Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menyatakan tak akan menghadirinya.
(Hendra Mujiraharja)