
Beberapa pihak mengutuk keras dan menuduh Charlie Hebdo adalah sekumpulan manusia rasis, beberapa mengecam Charlie Hebdo yang dianggap berlindung di balik label satir yang diusungnya untuk menerbitkan sesuatu yang tidak pantas.
Namun, ditengah serbuan kritik dan kecaman, tidak sedikit pihak yang memberikan pembelaan dan menjelaskan bahwa kartun tersebut adalah bentuk kritik yang ditujukan kepada Uni Eropa terkait respons mereka terhadap krisis pengungsi.
Charlie Hebdo mendapatkan banyak dukungan dan dianggap sebagai simbol kebebasan berbicara setelah serangan yang dilakukan oleh dua orang bersenjata ke kantor majalah itu menewaskan 12 orang, termasuk editor dan kartunisnya. Serangan itu dilakukan karena kartun Nabi Muhammad SAW yang dimuat Charlie Hebdo dianggap menghina tokoh umat Muslim tersebut.
Solidaritas itu memunculkan slogan “Je Suis Charlie” yang berati “Saya Charlie” yang menunjukkan dukungan kepada Charlie Hebdo. Namun, setelah beberapa kartun kontroversial lainnya, dukungan tersebut perlahan-lahan berubah menjadi kemarahan yang menimbulkan slogan baru yakni “JeNeSuisPasCharlie” atau “Saya Bukan Charlie”.
(Rahman Asmardika)