Kesepakatan ini ditandai peristiwa jabat tangan untuk pertama kalinya antara Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, dan pemimpin FARC, Rodrigo Londono alias Timochenko.
FARC melanjutkan langkah ini dengan mengumumkan penghentian pelatihan militernya, pada 1 Oktober 2015.
Konflik bersenjata meletus sejak 1964, ketika kelompok pemberontak sayap kiri FARC menyatakan perlawanan senjata terhadap pemerintah.
Keterangan resmi Pemerintah Kolombia memperkirakan 220.000 orang tewas akibat perang saudara itu, lebih dari lima juta berstatus pengungsi, dan diperkirakan sedikitnya 8.000 orang bergabung dalam FARC.
(Hendra Mujiraharja)