TOKYO – Tiga mantan eksekutif perusahaan operator reaktor nuklir Daiichi Fukushima didakwa melakukan kesalahan penanganan yang menyebabkan bencana nuklir 2011. Kegagalan ketiga eksekutif itu mendorong pengadilan untuk melakukan investigasi terhadap Tokyo Electric Power Co (Tepco).
Mantan kepala perusahaan, Tsunehisa Katsumata dan dua mantan wakil Presiden, Sakae Muto dan Ichiro Takekuro, akan menghadapi tuntutan atas kelalaian yang mengakibatkan sejumlah orang meninggal dan luka-luka akibat kejadian tersebut.
Mereka dinilai gagal mencegah terjadinya insiden nuklir terburuk di dunia setelah bencana Chernobyl 1986 itu sehingga menyebabkan 160 ribu orang terpaksa mengungsi dan ratusan di antaranya meninggal di penampungan sementara. Area di sekitar pembangkit listrik Fukushima sampai saat ini tidak dapat dihuni lagi oleh manusia dan hewan, menyebabkan ribuan orang tidak dapat kembali ke tempat tinggalnya.
Dakwaan juga menyebutkan bahwa 44 orang pasien yang meninggal ketika rumah sakit yang berdekatan dengan pembangkit listrik dievakuasi merupakan tanggung jawab perusahaan.
Pihak Tepco beralasan bahwa tsunami setinggi 13 M yang membanjiri sistem pendingin listrik sehingga menyebabkan gempa besar pada 11 Maret 2011 adalah kejadian di luar perkiraan mereka. Namun, Sejumlah pendapat menunjukkan bahwa area tersebut memang memiliki sejarah gempa dan tsunami yang besar dan laporan Tepco internal pada tahun 2008 memprediksi tinggi maksimum tsunami adalah 15.7 M.
Salah seorang pihak penuntut bernama Ruiko Muto mendesak Tepco untuk mengakui kesalahan yang telah mereka buat.
“Para ahli telah mengingatkan mengenai gempa bumi dan tsunami dalam skala ini, dan para pegawai Tepco telah mendiskusikan kemungkinan dan konsekuensinya di antara mereka sendiri,” katanya sebagaimana dilansir Independent, Selasa (1/3/2016).
Juru bicara kelompok pencinta lingkungan Hisayo Takada tuntutan yang dilakukan sekelompok aktivis adalah usaha sukses untuk pertama kalinya karena berhasil membawa Tepco ke pengadilan. Selama ini, jaksa penuntut umum telah menolak dua tuntutan terhadap Tepco.
Sedangkan pihak Tepco menolak berkomentar terkait kasus ini dan menegaskan bahwa revitalisasi wilayah Fukushima adalah titik awal yang coba dilakukan Tepco.
Jepang masih berjuang untuk mengatasi akibat dari bencana nuklir Fukushima yang telah menghancurkan kepercayaan publik terhadap keamanan teknologi nuklir. Bencana ini menyebabkan perdebatan tentang masa depan lebih dari 50 reaktir nuklir komersial di Negeri Matahari Terbit.
(Rahman Asmardika)