Tradisi Perang Suku Dani
Selain bakar batu dan potong jari, Suku Dani juga mengenal tradisi perang sebagai wujud menjaga harga diri. Dahulu, perang biasanya dilakukan ketika memperebutkan wilayah, makanan hingga menjaga wilayahnya.
Konflik antar desa kerap dipicu oleh sengketa tanah menjadi pemicu perang antar desa mau pun antar suku yang letaknya bersebelahan.
Namun, di era modern saat ini, perang tidak dilakukan hingga menelan korban jiwa. Perang dipertontonkan dalam rangka menyambut wisatawan yang datang.
Tradisi ini digelar setahun sekali di Lembah Baliem, tempat tinggal Suku Dani. Pada festival Baliem akan dipertunjukkan perang antara Suku Dani dengan Suku Lani ataupun Suku Yali dengan tujuan melestarikan tradisi mereka.
(foto: indonesianparadise.net)
Percaya Roh Nenek Moyang
Suku Dani sangat menghormati roh leluhur. Mereka menganggap roh leluhur sebagai kekuatan terbesar di alam semesta. Orang Suku Dani juga meyakini jika kekuatan sakti akan diturunkan dari generasi ke generasi secara patrilineal (keturunan laki-laki).
Di kalangan Suku Dani dikenal kekuatan sakti bernama Atou. Kekuatan itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, penolak bala maupun untuk keperluan pertanian seperti menyuburkan tanah.
(Syukri Rahmatullah)