Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Lima Tradisi Unik Suku Dani yang Tetap Lestari

Rizka Diputra , Jurnalis-Selasa, 22 Maret 2016 |20:10 WIB
Lima Tradisi Unik Suku Dani yang Tetap Lestari
tradisi bakar batu Suku Dani di Papua (foto: dailymail)
A
A
A

PAPUA selain memiliki kekayaan alam berupa emas dan tembaga, propinsi yang terletak di bagian paling timur Indonesia itu juga kaya akan suku yang mendiami pedalaman bumi Papua.

Bahkan, suku-suku tersebut masih setia menjalankan tradisinya yang sudah ratusan tahun diwarisi nenek moyang mereka. Salah satu suku yang memegang teguh tradisinya itu ialah Suku Dani.

Inovasi teknologi yang masuk ke wilayah mereka sama sekali tidak membuat orang Suku Dani tertarik. Suku yang mendiami wilayah pegunungan Jayawijaya ini memiliki beberapa tradisi unik. Berikut ulasannya.

Mayat Leluhur Dijadikan Mumi

Suku Dani di Papua ternyata juga memiliki tradisi mumi. Suku Dani dikenal bisa mengawetkan mayat tanpa dibalut. Mumi di Papua hanya dijemur dan disimpan di dalam gua. Dikutip dari laman boombastis.com, salah satu mumi paling tua di tempat itu berusia 300 tahun.

Mumi bernama Wim Motok Mabel itu ditempatkan di pilamo atau rumah laki-laki. Mumi Suku Dani ini berwarna hitam dengan posisi badannya duduk dan kepala mendongak ke atas. Mumi ini bisa dikeluarkan dari rumah jika ada wisatawan yang ingin melihatnya.

Tradisi Potong Jari

Selain membuat mumi, Suku Dani juga memiliki tradisi unik dalam menunjukkan rasa duka cita. Mereka tidak akan menangis atau melantunkan doa sebagaimana dilakukan orang berkabung, namun orang Suku Dani akan memotong jari mereka sebagai perwujudan rasa sakit lantaran telah ditinggalkan kerabat atau familinya.

Pemotongan jari atau dikenal dengan istilah ikipalin itu dapat dilakukan dengan memotongnya menggunakan benda tajam ataupun digigit hingga putus.

Suku Dani menganggap jari sebagai simbol dari keluarga atau kekerabatan. Sehingga, bila ada anggota keluarga meninggal dunia, maka perwujudan belasungkawa itu bisa dilakukan dengan memotong ruas jari.

Pesta Bakar Batu

Masyarakat Suku Dani gemar menggelar pesta dalam menyambut pernikahan kelahiran seseorang maupun merayakan kemenangan perang. Mereka dengan antusias memasak babi dan umbi-umbian untuk dijadikan konsumsi pesta. Bahan makanan tersebut lalu dimasukkan ke lubang yang telah diberi beberapa batu dan dedaunan. Makanan itu nantinya dibagikan merata ke seluruh penduduk desa.

Uniknya, dalam membakar batu, Suku Dani tidak menggunakan korek atau bahan bakar lainnya. Mereka hanya menggosok batu hingga menimbulkan panas lalu digunakan untuk memasak.

Tradisi Perang Suku Dani

Selain bakar batu dan potong jari, Suku Dani juga mengenal tradisi perang sebagai wujud menjaga harga diri. Dahulu, perang biasanya dilakukan ketika memperebutkan wilayah, makanan hingga menjaga wilayahnya.

Konflik antar desa kerap dipicu oleh sengketa tanah menjadi pemicu perang antar desa mau pun antar suku yang letaknya bersebelahan.

Namun, di era modern saat ini, perang tidak dilakukan hingga menelan korban jiwa. Perang dipertontonkan dalam rangka menyambut wisatawan yang datang.

Tradisi ini digelar setahun sekali di Lembah Baliem, tempat tinggal Suku Dani. Pada festival Baliem akan dipertunjukkan perang antara Suku Dani dengan Suku Lani ataupun Suku Yali dengan tujuan melestarikan tradisi mereka.

(foto: indonesianparadise.net)

Percaya Roh Nenek Moyang

Suku Dani sangat menghormati roh leluhur. Mereka menganggap roh leluhur sebagai kekuatan terbesar di alam semesta. Orang Suku Dani juga meyakini jika kekuatan sakti akan diturunkan dari generasi ke generasi secara patrilineal (keturunan laki-laki).

Di kalangan Suku Dani dikenal kekuatan sakti bernama Atou. Kekuatan itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, penolak bala maupun untuk keperluan pertanian seperti menyuburkan tanah.

(Syukri Rahmatullah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement