Duh, suasana membuat saya menjadi sedemikian canggung. Tanpa berlama-lama, saya langsung berpamitan dan angkat kaki padahal air kelapa muda yang dipesan masih tersisa lebih dari setengahnya.
Tingginya angka perceraian di Indonesia hingga menjadi yang tertinggi se-Asia-Pasifik sudah jadi berita basi. Media massa menyebut, sedikitnya 2 juta pernikahan dilangsungkan dalam setahun dan 10 persen di antaranya berujung perceraian dengan berbagai alasan. Salah satu alasan yang banyak disebut adalah kekerasan dalam rumah tangga.
Akan tetapi, penjelasan EN membuktikan jika perceraian tidak hanya terjadi karena adanya kekerasan dalam rumah tangga melainkan karena sebentuk kepasrahan terhadap keadaan. Perceraian muncul tanpa ada gejolak konflik besar dan pertengkaran. Perceraian mucul karena kerelaan dan keikhlasan.
Pandangan msyarakat terhadap janda yang berlandaskan sikap tradisional sudah bermutasi. Menjanda tidak lagi mutlak dianggap sebagai keburukan atau ketidakberuntungan.
Menjanda, setidaknya di Tegalwaru, bisa pula ditafsirkan sebagai kehendak mandiri kaum perempuan untuk menggunakan hak dan menentukan dengan laki-laki mana ia hidup.
Sebutan single parent (orang tua tunggal) lebih berterima dibanding janda beranak 1, 2 atau, 5 sekalipun yang punya cap buruk.