Lapak-lapak pedagang dan pengasah batu akik yang dahulu dijejali penggemar akik pun kini mulai sepi. Hanya ada satu atau dua orang saja di lapak-lapak tersebut. Bebunyian gerinda dan alat pengasah batu pun makin jarang terdengar.
"Dulu saya jual Kecubung Ulung ini seharga Rp3 juta. Sekarang yang mau bayar Rp 300 ribu saja saya kasih," kata Haji Uun sambil memperlihatkan akik berwarna hitam berukuran agak besar.
Haji Uun mengatakan, yang paling jatuh omzet penjualan adalah batu-batu lokal seperti Anggur Api, Biru Langit Baturaja, serta Solar. Bahkan, Bungur Tanjungbintang yang menjadi primadona pun ikut mengalami kelesuan penjualan.
"Yang bagus-bagus sudah dimiliki kolektor. Yang tersisa yang biasa-biasa saja. Makanya, orang sekarang jarang beli, karena batu-batu yang ada tinggal yang seperti itu," katanya.
Pedagang batu akik lain di jalan yang sama, Jaya, mengatakan pembeli memang sudah sangat sepi tetapi tetap ada yang membeli. Biasanya, kata dia, pembeli itu adalah penggemar juga.