MOSKOW – Pemerintah Rusia menolak mengakui hasil penyelidikan dari Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang menunjukkan pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh dengan rudal buatan Negeri Beruang Merah itu. Moskow menganggap hasil investigasi tim ahli dari Belanda, Belgia, Australia, Malaysia, dan Ukraina itu bias dan didasari motif politik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan pejabat dari Rusia dihalangi untuk berpartisipasi secara penuh dalam JIT. Dia juga menuduh adanya campur tangan Ukraina dalam penyelidikan serta pemalsuan barang bukti.
“Memutuskan pihak yang bersalah secara semena-mena dan memimpikan hasil yang diinginkan telah lama menjadi norma bagi rekan-rekan kami di Barat. Penyelidikan hingga hari ini terus mengabaikan bukti-bukti yang tidak terbantahkan dari pihak Rusia meskipun faktanya Rusia adalah satu-satunya pihak yang mengirimkan informasi yang bisa dipercaya kepada mereka,” demikian pernyataan dari Zakahrova sebagaimana dilansir dari Independent, Kamis (29/9/2016).
Penyelidikan JIT pimpinan Belanda itu menyimpulkan bahwa pemberontak pro-Rusia bertanggung jawab menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines MH17. Seluruh penumpang pesawat tewas pada insiden yang terjadi 17 Juli 2014.
Hasil investigasi tersebut menunjukkan, misil berjenis BUK yang menghantam pesawat berpenumpang 298 orang itu ditembakkan dari wilayah yang dikuasai pemberontak. Pihak penyidik menjelaskan, lokasi peluncuran misil tersebut terlacak berasal dari sebuah bukit di lahan pertanian sebelah barat Pervomaiskyi di Ukraina. Hasil investigasi itu berbeda dengan penyelidikan lain yang dilakukan oleh produsen rudal BUK, Almaz Antey. Melalui serangkaian uji coba, Almaz Antey mengklaim misil itu ditembakkan dari Zaroschenskoye yang dikontrol pasukan Pemerintah Ukraina.
(Rahman Asmardika)