Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Fidel Castro Meninggal, Ini Reaksi Obama dan Trump

Rahman Asmardika , Jurnalis-Minggu, 27 November 2016 |02:47 WIB
Fidel Castro Meninggal, Ini Reaksi Obama dan Trump
Mantan Presiden Kuba Fidel Castro meninggal dunia pada usia 90 tahun. (Foto: Reuters)
A
A
A

WASHINGTON – Meninggalnya mantan pemimpin Kuba Fidel Castro mendapat perhatian dan tanggapan dari seluruh penjuru dunia. Sebagian menganggap Castro sebagai tokoh revolusi yang berjasa besar bagi rakyatnya, sedangkan sebagian menganggap pria karismatik itu sebagai diktator yang menyebabkan penderitaan bagi warga Kuba.

Reaksi berbeda terkait berpulangnya Castro juga muncul dari Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan calon penerusnya Donald Trump.

Trump menjadi yang pertama bereaksi atas meninggalnya Castro melalui cuitannya di Twitter yang berbunyi “Fidel Castro sudah meninggal”. Respon itu diikuti cuitan berikutnya yang berisi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap El Jefe, julukan Castro.

“Hari ini, dunia memperingati meninggalnya seorang diktator brutal yang menindas rakyatnya selama lebih dari enam dekade. Warisan Fidel Castro adalah satu regu penembak, pencurian, penderitaan yang tak terbayangkan, kemiskinan, dan penolakan hak asasi dasar manusia,” tulisnya.

Pernyataan dari Obama yang disampaikan melalui kantor pers Gedung Putih menyampaikan nada yang sama sekali berbeda dari Trump. Ungkapan duka cita dari Obama terdengar berhati-hati, tanpa suara kritik atau pun pujian.

“Pada saat ini saat meninggalnya Fidel Castro, kami mengulurkan tangan pertemanan bagi rakyat Kuba. Kami tahu bahwa momen ini membuat warga Kuba, baik di Kuba maupun di AS, dipenuhi emosi yang kuat, mengingat bagaimana Fidel Castro mengubah jalan hidup individu, keluarga, dan bangsa Kuba,” demikian isi penyataan yang dilansir Guardian, Minggu (27/11/2016) tersebut.

“Sejarah akan mencatat dan menilai dampak yang besar dari tokoh ini bagi orang-orang dan dunia di sekitarnya,” tutup Obama dalam pernyataannya.

Pernyataan yang hati-hati dari Obama ini tidak mengherankan mengingat AS dan Kuba tengah berusaha memulihkan kembali hubungan yang telah putus selama berpuluh-puluh tahun. Pemulihan hubungan ini merupakan sebuah warisan kebijakan luar negeri dari Pemerintahan Presiden ke-44 AS itu.

Obama menggagas perbaikan hubungan ini bersama dengan adik Fidel, Presiden Kuba Raul Castro tanpa ada campur tangan dari sang kakak. Hasilnya telah terlihat dengan dibukanya kembali perwakilan Negeri Paman Sam di Havana.

Sebagian politikus AS menyambut baik kembalinya hubungan diplomatik kedua negara. Namun, bagi mereka dosa-dosa Castro sebagai seorang diktator tetap tidak bisa dilupakan.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement