Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Peserta BDF 2016 Maknai Karunia Perbedaan di Ponpes Bina Insani

Wikanto Arungbudoyo , Jurnalis-Jum'at, 09 Desember 2016 |10:09 WIB
Peserta BDF 2016 Maknai Karunia Perbedaan di Ponpes Bina Insani
Delegasi Bali Democracy Forum 2016 mengunjungi Ponpes Bina Insani. (Foto: Wikanto Arungbudoyo/Okezone)
A
A
A

Foto: Halaman Ponpes Bina Insani (Wikanto Arungbudoyo/Okezone)

Ia menyatakan hal itu karena terdapat 16 guru beragama Hindu di Ponpes Bina Insani. Bahkan di Madrasah Aaliyah, komposisi guru terdiri dari 50% Hindu dan 50% Islam. Salah satunya adalah guru bernama Ni Mas Wuryasari yang beragama Hindu.

"Saya pernah memakai jilbab karena ingin menghormati teman-teman saya di sini. Tetapi, ketua yayasan bilang tidak usah. Perbedaan itu adalah kekuatan di sini, jadi sejak itu saya tidak pakai jilbab lagi," ujar Ni Mas seraya tertawa.

Jika Indonesia memiliki Pancasila, maka Ponpes Bina Insani memiliki Pancajiwa (keikhlasan, loyalitas, integritas, persaudaan, dan kesederhanaan) sebagai napas mereka. Ketut Jamal menyampaikan bahwa ponpes pimpinannya tidak pernah mengenal kekerasan dan mengajarkan terorisme. Justru, ia sangat berharap delegasi Bali Democracy Forum 2016 dapat bekerja sama menanggulangi terorisme dengan Ponpes Bali Bina Insani.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement