Di Sumedang, bara perlawanannya tak lagi menyala dan justru di masa senjanya, “Singa Betina” dari Aceh itu mulai meninggalkan hal-hal duniawi. Selama masa pengasingannya ini juga warga sekitar tak ada yang tahu bahwa yang tinggal bersama KH Ilyas itu adalah bangsawan dan juga petarung Aceh, Cut Nyak Dhien.
Dia di masa pengasingan hanya dikenal dengan sebutan “Ibu Perbu” karena punya ilmu agama yang tergolong sangat baik. Bahkan, Dhien disebutkan sering memberikan dakwah dan pengajian dalam bahasa Arab.
Dhien atau warga Sumedang menyebutnya “Ibu Perbu”, akhirnya tutup usia pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Tabir bahwa Ibu Perbu itu adalah Cut Nyak Dhien, baru tersingkap pada 1958-1960 saat Pemda Aceh melakukan penelusuran.
(Randy Wirayudha)