- Longsor di Kabupaten Bandung Barat
Selama periode 1-21 November 2016, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencatat ada 19 titik longsor di KBB, diantaranya di Lembang, Padalarang, Cipatat, dan Cisarua.
Empat orang ditemukan tewas, tiga orang luka parah, dan ratusan warga terpaksa mengungsi.
- Longsor di Pacitan
Akhir November 2016, longsor terjadi di Pacitan, Jawa Timur, tepatnya di Desa Sempu, Kecamatan Nawangan. Sebanyak 27 rumah rusak akibat tertimpa material longsor. Empat rumah bahkan rata dengan tanah.
Longsor terjadi akibat intensitas hujan yang cukup tinggi. Kawasan sekitar yang merupakan tebing pun pelan-pelan tanahnya tergerus air dan mengakibatkan longsor.
- Longsor di Lebak
Longsor menerjang Taman Nasional Gunung Halimu Salak, Desa Citorek Timur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, pada awal Desember 2016. Lebih dari 10 orang meninggal akibat tertimbun longsor. Mereka adalah para penampang emas ilegal. Upaya evakuasi pun cukup sulit karena untuk menuju lokasi harus berjalan kaki beberapa jam.
Sementara sejak Januari hingga November 2016, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total ada sebanyak 2.175 berbagai kejadian bencana, termasuk di dalamnya banjir dan longsor.
Secara keseluruhan, ada 567 korban meninggal dunia dan dinyatakan hilang. Jumlah pengungsi pun mencapai 2.771.303 jiwa. Adapun kerusakan pemukiman mencapai 36.296 unit.
Kepala Badan Geologi Ego Syahrial mengatakan sebanyak 40 persen kejadian banjir dan gerakan tanah terjadi di Jawa Barat. Itu karena kontur wilayahnya yang banyak terdiri dari perbukitan dan lereng. Selain itu, kerusakan kawasan hutan dan hulu sungai juga turut menjadi penyebab banjir dan longsor yang ditambah intensitas hujan dengan curah tinggi.
Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi pun sudah memetakan daerah rawan banjir dan longsor dalam sebuah peta. Di dalamnya pun sudah ada rekomendasi apa yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya.
Tapi ia mengingatkan bahwa untuk mencegah terjadinya bencana, termasuk mencegah jatuhnya korban jiwa, diperlukan kesadaran dan kerjasama dengan berbagai pihak.
"Kita harus bersama-sama mengarusutamakan pengurangan risiko bencana. Kalau kita bersama-sama, masyarakat sadar, ini akan jadi gerakan massal, masyarakat akan sadar bahaya bencana," jelas Ego.
(Angkasa Yudhistira)