Dengan menjadi sopir keluarga Belanda itu, Ahmad Yani kecil yang lahir 19 Juni 1922 serta adik-adiknya, Asmi dan Asinah, setidaknya bisa hidup lumayan berkecukupan dengan gaji saat itu sekira 7 ringgit.
Ayah Ahmad Yani pada 1927 kemudian mendapat rekomendasi dari majikannya untuk merantau ke Batavia (kini Jakarta), dan menjadi sopir seorang Jenderal Belanda bernama Halfstein, lalu ke Ciawi, Bogor, bekerja untuk kerabat Halfstein. Selama itu pula, Ahmad Yani kecil ikut merantau.
Selama di Batavia saat ayahnya masih dipekerjakan Halfstein, Ahmad Yani bahkan disekolahkan sang menir di sebuah froebel atau taman kanak-kanak (TK). Di Bogor, Ahmad Yani melanjutkan pendidikannya ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sampai Algemene Middelbare School (AMS).
Keluarga Ahmad Yani akhirnya harus kembali ke Rendeng pada 1942 karena orang-orang Belanda diinternir pasca-Jepang masuk Hindia Belanda. Sementara ayah Ahmad Yani kembali jadi sopir, tapi kali ini jadi sopir angkutan umum jurusan Purworejo-Magelang-Semarang, Ahmad Yani masuk pendidikan Pembela Tanah Air (PETA).
Karier Militer Ahmad Yani Terbang Tinggi