PELANTIKAN Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat tinggal empat hari lagi. Tidak hanya rakyat di Negeri Paman Sam, tetapi di seluruh dunia menantikan akan seperti apa negara adidaya itu di bawah pemerintahan yang baru.
Sebagai gambaran, berikut ini Okezone mengulas enam garis besar gebrakan yang hendak direalisasikan Trump dan pasangannya Mike Pence dalam kurun waktu 100 hari kerja. Kebijakan di bawah ini mulai berlaku terhitung sejak pengucapan sumpah jabatannya di tangga Gedung Kongres AS pada 20 Januari 2017 siang waktu setempat.
Pada intinya ada tiga hal yang menjadi fokus kerja kabinet Trump, yakni memberlakukan batas menjabat di Kongres, melindungi kaum pekerja di AS dan memulihkan penegakan hukum. Semua itu dilakukan demi satu tujuan yang berulang kali dikampanyekannya, "Membuat Amerika Hebat Lagi".
Sewaktu berkampanye, masyarakat diperdengarkan dengan janji-janji yang keras. Namun belakangan Trump sudah melunak. Semakin dekat dengan hari pelantikan Donald Trump, semakin jarang bahkan sudah tak pernah lagi dia menyerukan pembangunan tembok, pencabutan Obamacare apalagi mendeportasi imigran.
Namun begitu, dia masih konsisten terhadap beberapa hal, seperti.
1. Membatalkan kerjasama lintas pasifik (TPP)
Suami Melania Knavs ini ingin membatalkan keikutsertaan AS dalam negosiasi Trans Pacific Partnership (TPP). Menurutnya, dia punya ide yang lebih baik dan bermaksud menggantinya dengan perjanjian dagang bilateral yang lebih adil.
Keputusan Trump ini banyak ditentang karena dianggap mencederai niat Presiden Barack Obama untuk memperkuat cengkraman AS di Asia. Akan tetapi, seperti diulas CNN, Rabu (18/1/2017), juragan real estate itu lebih percaya pada insting bisnisnya.
Sebagaimana banyak pakar berkeyakinan bahwa TPP justru akan mematikan lapangan kerja dan memperburuk ketimpangan pendapatan di seluruh negara yang terlibat, 11 dari Asia dan satu adalah AS sendiri. Perlu diketahui, ke-12 negara ini jika disatukan memiliki andil pada 40% perdagangan dunia.
Momok itu telah diperingatkan oleh Trump dalam kampanyenya di Ohio pada Juni 2016. Ia menyebut TPP sebagai bencana lain yang dikerjakan dan didorong oleh kepentingan tertentu. Tujuannya tak lain memperkosa ketangguhan negerinya.