Datuk Ibrahim Thambychik menyatakan, ini adalah pertama kalinya masjid dibuka untuk merayakan Tahun Baru China. Menurutnya, waktu seperti ini adalah kesempatan bagus untuk Muslim dan para tetangganya yang non-Muslim berbaur dan mengenal satu sama lain.
Ketika rencana ini diumumkan, pihak masjid menargetkan 100-150 pengunjung saja. Alhamdullilah, pada hari H, mereka yang tertarik datang lebih dari 400 orang. Dengan begitu besarnya respon positif dari masyarakat, Thambychik cs berjanji akan mengadakannya lagi tahun depan.
Seorang pemuda berdarah Tionghoa yang mualaf, Mohd Willieuddin Lim menuturkan, teman-temannya yang non-Muslim tercengang ketika dia menyampaikan undangan perayaan Imlek dari masjid. "Benarkah kami boleh masuk?" tanya mereka pada saya.
Lim sendiri mengaku tetap merayakan Imlek setiap tahunnya, meskipun dirinya telah menganut ajaran Islam. Baginya, perayaan ini bukan soal agama, tetapi kebudayaan.
Tamu lain, Collin Swee (49) menyebut perayaan ini sangat bermakna baginya. "Saya rasa ini luar biasa indah. Kegiatan seperti ini sangat diperlukan di era sekarang, mengingat orang-orang yang berbeda ras dan agama semakin menjauh dibanding dulu. Langkah yang masjid ini ambil benar-benar tepat waktu. Kita butuh lebih banyak gerakan semacam ini untuk menyatukan orang-orang," usulnya.
(Silviana Dharma)