Banyak pengamat politik maupun sejarawan, menyatakan Supersemar itu jadi “pedoman” tersendiri untuk melakukan kudeta terhadap Soekarno.
Menariknya, Soebadio Sastrosatomo, aktivis Partai Sosialis Indonesia (PSI) didikan Mochammad Hatta dan Sutan Sjahrir itu, pernah membandingkan Supersemar dengan kudeta di Kerajaan Majapahit pada masa-masa jelang keruntuhan.
Dipaparkan dalam bukunya, ‘Era Baru Pemimpin Baru: Badio Menolak Rekayasa Rejim Orde Baru’ terbitan 1997, Soebadio mengibaratkan Supersemar sebagai kudeta terhadap Soekarno, layaknya kudeta Raden Patah terhadap Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.
Dalam kudeta itu, diceritakan Raden Patah memanfaatkan Sunan Kalijaga untuk mengambil alih kekuasaan ayahnya – Prabu Brawijaya V melalui rekayasa.
Setelah kudeta itu, Majapahit runtuh dan Raden Patah yang mengklaim sebagai penerus utama Prabu Brawijaya V, mendaulat dirinya sebagai pemimpin Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di bumi Jawa.
(Randy Wirayudha)