"Dulu, anggaran untuk jalan, itu hanya Rp50 miliar per tahun. Sedangkan yang harus diperbaiki sangat banyak sekali. Makanya, saat itu pembangunan jalur alternatif ini belum bisa dilakukan," jelas dia.
Tapi, terang dia, sejak ia menjabat bupati, anggaran untuk infrastruktur dinaikan enam kali lipat menjadi Rp300 miliar per tahun. Makanya, saat ini pembangunan infrastruktur sudah merata, bahkan bisa membuat akses jalur baru yang lebih memadai.
"Dulu pernah terpikir, sangat mustahil bisa membuka akses baru dan membangun jalan beton sepanjang 67 KM itu, mengingat anggarannya sangat kecil. Tapi dengan memberanikan diri, akhirnya jalan lingkar barat bisa juga dibangun, meskipun hanya mengandalkan APBD Purwakarta, tanpa bantuan dari provinsi, pusat, atau dari manapun," kata dia.
Dedi menjelaskan, pembangunan jalur alternatif lintas kabupaten ini pun sekaligus bentuk penghargaan dari pemerintah bagi warga yang bermukim di seberang Waduk Jatiluhur. Pasalnya, warga yang bermukin di kecamatan paling barat Purwakarta itu sangat berkontribusi besar terhadap negara karena rela terisolasi selama lebih dari 50 tahun demi pembangunan Waduk Jatiluhur.