Presiden Korsel Ajukan Syarat Atas Permintaan China Terkait THAAD
SEOUL – Pemerintah Korea Selatan (Korsel) akhirnya merespons protes China terkait penyebaran sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Sebagaimana diketahui, China menentang pemasangan THAAD yang dianggap mendestabilisasi keamanan regional dan tidak berpengaruh dalam menghentikan program nuklir dan rudal balistik Pyongyang.
Presiden baru Korsel, Moon Jae-in mengatakan, bahwa Korut harus terlebih dahulu menghentikan provokasinya sebelum ketegangan mengenai THAAD dapat diselesaikan. Pernyataan tersebut disampaikan Moon dalam sambungan telefonnya dengan Presiden China Xi Jinping pada Kamis, 11 Mei 2017.
Tak hanya itu, kepada pimpinan Negeri Tirai Bambu itu, Moon menyatakan, bahwa dirinya mengerti kecemasan China terkait sistem pertahanan rudal. Pembahasan terkait THAAD menjadi salah satu bahasan utama dalam pembicaraan kedua kepala negara itu. Moon menambahkan, isu THAAD bisa diselesaikan saat tidak ada provokasi lebih jauh dari Korut.
Selain membahas mengenai THAAD, Moon dan Xi juga sepakat untuk saling bertukar utusan khusus dan mengirimkan delegasi ke Beijing guna membahas mengenai masalah program nuklir Korut. Moon Jae-in resmi menjadi Presiden Korsel setelah memenangkan pemilihan yang digelar pada 9 Mei 2017.
Sebelumnya, Moon sempat menyatakan memang mengharapkan kedua Korea tidak terlibat dalam peperangan senjata. Dan untuk mencegah hal ini, Moon berniat mengakhiri konflik dan mendorong denuklirisasi melalui pendekatan dialog. Ia juga mengaku siap menginjakkan kakinya di Pyonyang dan siap bepergian ke berbagai belahan dunia untuk membawa penyelesaian yang damai untuk program nuklir dan rudal balistik Korut. (rav)
(Rifa Nadia Nurfuadah)
