 
                Sayyid Abubakar menjalankan misi dakwah dari Aceh. Ia bermukim di Peulanggahan, kawasan dulu masuk dalam Kompleks Kandang Aceh atau perkampungan Kesultanan Aceh. Peulanggahan berasal dari kata persinggahan. Kampung ini terletak di lembah Sungai Aceh, tempat yang sering disinggahi para pengembara yang melintasi Selat Malaka dulu.
Masjid Teungku di Anjong tampak dari samping (Salman Mardira/Okezone)
Setibanya di Aceh, Sayyid Abubakar tak langsung mendirikan masjid. Beliau menyulap rumah pribadi yang dikenal dengan nama rumoh cut menjadi dayah (pesantren) yang belakangan makin terkenal.
Pelajar dari berbagai daerah di nusantara hingga semenanjung Malaya (Malaysia sekarang), belajar Islam di sana. Akhirnya, bangunan dayah ini dijadikan masjid, namun aktivitas belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa.
Selain tempat belajar ilmu agama, dayah dan masjid ini juga menjadi pusat menasik haji. Para calon jamaah haji dari berbagai daerah di nusantara dan semenanjung Malaya, singgah dulu di Peulanggahan untuk belajar tata cara melaksanakan haji sebelum melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci.
Kapal-kapal yang mengangkut calon jamaah melalui Selat Malaka transit dan ikut manasik haji selama sebulan, dipandu Teungku di Anjong. Konon, dari sinilah asal muasal Aceh dijuluki Serambi Makkah.