2. Pedro Rodrigues Filho
Pedro Rordrigues Filho lahir pada 17 Juni 1954 di wilayah Santa Rita do Sapucai, Brasil. Ia lahir dengan cacat di bagian tengkoraknya karena ayahnya memukuli ibunya saat Filho masih berada dalam kandungan.
(Foto: GCN)
Insting kejamnya dimulai ketika ia masih berusia 13 tahun tepatnya saat ia terlibat perkelahian dengan sepupunya. Filho mendorong sepupunya itu ke mesin penekan tebu. Akibat aksinya itu, ia hampir menewaskan sepupunya.
Ia pertama kali membunuh ketika berusia 14 tahun kemudian berlanjut dengan aksi pencurian. Filho lalu mulai melakukan pembunuhan berantai terhadap para pengedar narkoba. Pada usia 18 tahun, Filho diketahui sudah membunuh 10 orang.
Ia tertangkap pada 1973 dan aksinya tidak berhenti ketika ia sudah dibui. Pasalnya, ia bahkan membunuh ayahnya sendiri yang mendekam di penjara yang sama dengan Filho. Ia kemudian membunuh 47 napi lainnya. Hingga 2003, ia diperkirakan sudah membunuh setidaknya 71 orang dan dijatuhi hukuman penjara hingga 128 tahun. Namun berdasarkan kabar yang ada, korban dari Filho ternyata mencapai 100 orang tapi hal tersebut tidak pernah terbukti.
Walau ia sempat diperberat hukuman penjaranya hingga 400 tahun, sistem peradilan di Brasil melarang seorang napi mendekam lebih dari 30 tahun. Ia dibebaskan pada 2007 setelah dipenjara 34 tahun tapi ia kembali ditangkap pada 2011.
3. Daniel Camargo Barbosa
Daniel Camargo Barbosa merupakan pembunuh berantai yang berasal dari Kolombia. Pria yang lahir pada 22 Januari 1930 itu disebut memperkosa dan membunuh 150 perempuan di Kolombia dan Ekuador pada 1970-an hingga 1980-an.
(Foto: Phactual)
Aksi kejamnya itu diduga bermula ketika ia menikah tidak resmi dengan perempuan bernama Alcira dan keduanya dikarunia dua anak. Namun di saat yang sama ia juga jatuh cinta dengan perempuan berusia 28 tahun yang bernama Esperanza dan Barbosa berniat menikahinya.
Sayangnya setelah ia mengetahui Esperanza tidak perawan lagi, Barbosa merasa gusar. Namun bukannya meninggalkan Esperanza, Barbosa malah membuat kesepakatan dengannya untuk mencarikannya korban untuk diperkosa.
Ia sempat mendekam di penjara Kolombia karena kejahatannya tapi berhasil melarikan diri. Ia kembali ditangkap di Ekuador dan pada saat itu ia akhirnya mengakui telah membunuh 72 perempuan.
Pada saat kembali ditangkap itu, Barbosa pun memberikan informasi terkait di mana ia mengubur jenazah korban-korbannya yang belum ditemukan polisi. Pada 1989 ia dijatuhi hukuman penjara selama 16 tahun yang merupakan hukuman maksimal di Ekuador. Pada November 1994, ia dibunuh ketika mendekam di penjara oleh sepupu salah satu korbannya.